Monday, January 15, 2007

Data Pribadi:
Nama : I Made Kastaria Diningrat
Jenis kelamin : Laki-laki
Tempat tanggal lahir : Tanjung, 8 Juli 1982
Agama : Hindu
Kewarganegaraan : Indonesia
Status : Belum Menikah
Alamat : Kr. Desa, Kec. Tanjung, Lombok Barat
NTB 83352
Telephone/HP : 081933145731

Pendidikan Formal
Tahun 1990-1996 : SDN 1 Tanjung, Lombok Barat-NTB
Tahun 1996-1999 : SLTPN 1 Tanjung, Lombok Barat-NTB
Tahun 1999-2002 : SLTAN 1 Tanjung, Lombok Barat-NTB
Tahun 2002-2006 : Diploma IV, Jurusan Teknologi Penangkapan Ikan
Sekolah Tinggi Perikanan, Jakarta.

Kursus/ Training
Tahun 2005 : Mengikuti Pelatihan Basic Safety Training (BST)
di Sekolah Tinggi Perikanan (STP) Jakarta.
Tahun 2005 : Mengikuti Ujian Sertifikasi Kepelautan untuk Ahli Nautika
Kapal Perikanan Tingkat 1 (ANKAPIN 1)
di Sekolah Tinggi Perikanan (STP)-Jakarta.

Pengalaman Kerja Lapangan
Tahun
Nama Praktek dan Judul Kerja Lapangan
2003
Praktek Pengenalan Kehidupan Nelayan (PPKN)
di Cilamaya, Jawa Barat.
2005
Praktek Keahlian
Di Serang, Banten dan Muara Baru, Jakarta Timur.
Judul: Hubungan Kedalaman Pancing Rawai Tuna Terhadap Hasil Tangkapan
2005
Praktek Integrasi
Di Rembang, Jawa Tengah.
Judul: Peranan Alat Navigasi Global Positioning System (GPS) Dalam Operasi Penangkapan Ikan Menggunakan Jaring Cantrang.
2006
Praktek Akhir
Di Benoa, Bali (PT. Sari Segara Utama).
Judul: Analisis Kelayakan Usaha Penangkapan Ikan Tuna Dengan Rawai Tuna di Perairan Samudera Hindia (Studi Kasus Pada KM. Sari Segara 19 Milik PT. Sari Segara Utama).
Natal bersama FREDDY NUMBERI / Menteri Kelautan dan Perikanan RI di aula Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta

Kamar Thunnus 1912/Poltar A1/380216345

KIPA

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENANGKAPAN IKAN TUNA DENGAN RAWAI TUNA DI PERAIRAN SAMUDERA HINDIA (STUDI KASUS PADA KM. SARI SEGARA 19 MILIK PT. SARI SEGARA UTAMA)



Oleh :
I MADE KASTARIA DININGRAT



























SEKOLAH TINGGI PERIKANAN
JAKARTA
2006
ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENANGKAPAN IKAN TUNA DENGAN RAWAI TUNA DI PERAIRAN SAMUDERA HINDIA (STUDI KASUS PADA KM. SARI SEGARA 19 MILIK PT. SARI SEGARA UTAMA)


Oleh :
I MADE KASTARIA DININGRAT
NRP. 380216345



KARYA ILMIAH PRAKTEK AKHIR
Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Sebutan Sarjana Sains Terapan Perikanan
pada Sekolah Tinggi Perikanan

















PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENANGKAPAN IKAN
JURUSAN TEKNOLOGI PENANGKAPAN IKAN
SEKOLAH TINGGI PERIKANAN
JAKARTA
2006
KARYA ILMIAH PRAKTEK AKHIR



Judul
: Analisis Kelayakan Usaha Penangkapan Ikan Tuna dengan Rawai Tuna di Perairan Samudera Hindia (Studi Kasus pada KM. Sari Segara 19 Milik PT. Sari Segara Utama).
Nama
: I Made Kastaria Diningrat
NRP.
: 380216345
Program Studi
: Teknologi Penangkapan Ikan
Jurusan
: Teknologi Penangkapan Ikan





Menyetujui :







( Dr. Ir. Moch. Noor Salim, SE., MM. )
( Supardi Ardidja, S.Pi. )
Dosen Pembimbing
Dosen Pembimbing




Mengetahui :







( Dr. Maimun, M.Ed. )
( Eddy Sugriwa H., S.Pi., MM. )
Ketua STP
Ketua Jurusan TPI


Tanggal lulus :……………
RINGKASAN

I MADE KASTARIA DININGRAT. Analisis Kelayakan Usaha Penangkapan Ikan Tuna Dengan Rawai Tuna di Perairan Samudera Hindia (Studi Kasus Pada KM. Sari Segara 19 Milik PT. Sari Segara Utama). Di bawah Bimbingan MOCH. NOOR SALIM dan SUPARDI ARDIDJA.

Keputusan pemerintah menaikkan harga BBM solar, merupakan tragedi nasional bagi dunia usaha perikanan. Dampak langsung yang dapat dilihat di lapangan yaitu banyaknya kapal-kapal penangkap ikan khususnya kapal rawai tuna yang tidak beroperasi dan hanya ditambatkan oleh pemiliknya. Kenaikan harga solar menyebabkan besarnya biaya operasional kapal-kapal penangkap ikan secara keseluruhan tidak bisa ditutupi oleh jumlah produksi ikan dari hasil operasi penangkapan. Berdasarkan kondisi tersebut kami tertarik menganalisa kelayakan dari usaha penangkapan ikan tuna khususnya pada pengoperasian sebuah kapal rawai tuna dengan mengambil judul “Analisis Kelayakan Usaha Penangkapan Ikan Tuna Dengan Rawai Tuna di Perairan Samudera Hindia (Studi Kasus Pada KM. Sari Segara 19 Milik PT. Sari Segara Utama)”.
Tujuan karya ilmiah ini yaitu dapat mengetahui kelayakan teknis yang ditinjau dari fasilitas kapal, alat penangkapan, umpan yang dipergunakan, daerah penangkapan dan awak kapal serta mengetahui perhitungan laba rugi, titik impas dan margin of safety dari usaha penangkapan ikan tuna dengan rawai tuna.
Karya ilmiah praktek akhir ini dibatasi pada bagaimana kelayakan teknis yang ditinjau dari fasilitas kapal, alat penangkapan, umpan yang dipergunakan, daerah penangkapan dan awak kapal serta analisa kelayakan nonteknis yang ditinjau dari perhitungan laba rugi, titik impas dan margin of safety dari usaha penangkapan ikan tuna di perairan Samudera Hindia.
Praktek akhir dilaksanakan dari tanggal 12 Maret sampai 11 Juni 2006 dengan kapal KM. Sari Segara 19 milik PT. Sari Segara Utama yang berlokasi usaha di Benoa, Bali. Lokasi pelaksanaan praktek yaitu antara 13032’005”LS - 15052’295”LS dan antara 109040,6’BT - 111007,5’BT.
Operasi penangkapan ikan secara umum terbagi dalam empat tahapan yaitu tahap persiapan di darat dan persiapan di laut, setting, drifting dan hauling. Tahap persiapan di darat terdiri dari persiapan perbekalan, pengurusan dokumen dan pemeriksaan dan perawatan mesin-mesin kapal. Persiapan di laut terdiri dari persiapan rawai tuna, persiapan perlengkapan penangkapan, dan persiapan palkah ikan serta pembagian kelompok kerja. Setting memerlukan waktu antara 5-6 jam yang dilakukan oleh 4 orang dengan pembagian posisi kerja yaitu pelempar branch line, penata umpan, pemasang snap, pelempar pelampung. Drifting dilakukan selama ± 4 jam, kegiatan yang dilakukan yaitu perbaikan komponen rawai tuna dan penitipan ikan tuna segar pada kapal yang akan kembali ke pelabuhan. Hauling rawai tuna dilakukan oleh 6 orang dengan posisi kerja yaitu penangkap snap, penggulung branch line, penyusun branch line, pelayan conveyor, pelayan box, dan juru mudi.
Hasil tangkapan, di atas kapal digolongkan menjadi 3 kelompok yaitu ikan fresh (segar), antara lain tuna mata besar (T. Obesus), madidihang (T. Albacares), dan meka (Xiphias Gladius), ikan reject (beku) antara lain albakor (T. Alalunga), marlin, layaran, dan bawal, ikan sampingan antara lain ikan pari, hiu tokek dan layur sedangkan dalam pemasaran penggolongan, ditambah kelompok ikan fresh reject. Penanganan ikan fresh melalui penyiangan serta pembungkusan dengan plastik. Penyimpanan ikan dalam palkah dengan media air tawar dicampur air laut yang didinginkan untuk produk ikan fresh, sedangkan untuk ikan reject tidak memerlukan penanganan khusus tetapi langsung disimpan dalam palkah.
Ditinjau dari kondisi perlengkapan navigasi dan mesin-mesin kapal yang masih baik, rawai tuna yang dioperasikan menggunakan sistem box, umpan yang digunakan jenis ikan lemuru dan ikan layang dalam kondisi yang baik, penentuan daerah penangkapan ikan berdasarkan hasil analisa satelit yang diterima oleh weather faxcimile dan awak kapal yang berpengalaman, maka secara teknis operasi penangkapan ikan tuna dengan rawai tuna layak untuk dilanjutkan
Secara ekonomis usaha pnangkapan ikan tuna dengan rawai tuna pasca kenaikan harga BBM (solar) menggunakan KM. Sari Segara 19 layak untuk dilanjutkan, dalam pengoperasiannya pada tanggal 26 Maret - 19 Mei 2006 memperoleh pendapatan Rp. 218.356.621 dengan jumlah produksi 10.360 Kg, nilai impas yang diperoleh Rp. 193.886.973 dengan jumlah produksi impas 9.199,03 Kg sehingga laba usaha yang diperoleh Rp. 24.469.648, serta persentase margin of safety yaitu 11,206%, berarti total hasil operasi penangkapan tidak boleh mengalami penurunan lebih dari 11,206%, apabila melebihi maka usaha penangkapan tersebut mengalami kerugian.








RIWAYAT HIDUP



Penulis dilahirkan di Desa Tanjung, Kabupaten Lombok Barat, NTB pada tanggal 8 Juli 1982. Penulis adalah anak ke-2 dari 5 bersaudara dari pasangan I Nyoman Caya Aryawan dan Ni Komang Asih. Penulis mengawali pendidikan pada tahun 1990 di Sekolah Dasar Negeri 2 Tanjung dan selesai pada tahun 1996. Penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP 1 Tanjung, pendidikan ini diselesaikan pada tahun 1999. Kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) No. 1 Tanjung yang diselesaikan pada tahun 2002.
Tahun 2002 melanjutkan pendidikan pada program Diploma 4 Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta dengan mengambil Jurusan Teknologi Penangkapan Ikan pada Program Studi Teknologi Penangkapan Ikan. Penulis melaksanakan praktek akhir di PT. Sari Segara Utama, Benoa-Bali dengan mengambil judul “Analisis Kelayakan Usaha Penangkapan Ikan Tuna Dengan Rawai Tuna Di Perairan Samudera Hindia (Studi Kasus Pada KM. Sari Segara 19 Milik PT. Sari Segara Utama)”. Dengan selesainya Karya Ilmiah Praktek Akhir ini maka penulis mendapatkan sebutan S.St.Pi. (Sarjana Sains Terapan Perikanan).

KATA PENGANTAR

Karya ilmiah praktek akhir ini merupakan hasil praktek akhir dan merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Sains Terapan Perikanan (S.St.Pi.) pada Program Studi Teknologi Penangkapan Ikan, Sekolah Tinggi Perikanan.
Judul karya ilmiah ini adalah “Analisis Kelayakan Usaha Penangkapan Ikan Tuna Dengan Rawai Tuna di Perairan Samudera Hindia (Studi Kasus Pada KM. Sari Segara 19 Milik PT. Sari Segara Utama)”. Tujuan karya ilmiah ini yaitu dapat mengetahui kelayakan teknis yang ditinjau dari fasilitas kapal, alat penangkapan, umpan yang dipergunakan, daerah penangkapan dan awak kapal serta mengetahui perhitungan laba rugi, titik impas dan margin of safety dari usaha penangkapan ikan tuna dengan rawai tuna.
Karya ilmiah ini terdiri dari 6 Bab, yaitu : Pendahuluan, Tinjauan Pustaka, Metodologi, Pelaksanaan Praktek, Hasil dan Pembahasan dan Kesimpulan dan Saran. Pada Bab Hasil dan Pembahasan penulis menguraikan kelayakan usaha penangkapan ikan tuna dari segi teknis dan non teknis. Bab Kesimpulan dan Saran Penulis menyampaikan intisari dari praktek akhir yang telah dilaksanakan dan saran yang diberikan semoga dapat bermanfaat bagi kelangsungan usaha penangkapan ikan tuna.
Disadari bahwa karya ilmiah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharap kritik dan saran yang dapat bermanfaat.
Jakarta, Agustus 2006
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH


Terima kasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan kepada Bapak Dr. Ir. Moch. Noor Salim, SE., MM. dan Bapak Supardi Ardidja, S.Pi., selaku dosen pembimbing karya ilmiah praktek akhir, serta :
1. Bapak Dr. Maimun, M.Ed., selaku Ketua Sekolah Tinggi Perikanan
2. Bapak Eddy Sugriwa Husen, S.Pi., MM. selaku Ketua Jurusan Teknologi Penangkapan Ikan.
3. Bapak Apih Suparlin, A.Pi., MM. selaku Ketua Program Studi Teknologi Penangkapan Ikan.
4. Staf dan Karyawan PT. Sari Segara Utama yang telah membantu dalam pengumpulan data.
5. Awak kapal KM. Sari Segara 19 yang telah membantu dalam pelaksanaan praktek di lapangan.
6. Seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan moral dan material.
7. Rekan-rekan Taruna Jurusan Teknologi Penangkapan Ikan angkatan 38 yang banyak membantu dan memberikan saran maupun kritiknya.
8. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian karya ilmiah praktek akhir ini.
KATA PENGANTAR

Karya ilmiah praktek akhir ini merupakan hasil praktek akhir dan merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Sains Terapan Perikanan (S.St.Pi.) pada Program Studi Teknologi Penangkapan Ikan, Sekolah Tinggi Perikanan.
Judul karya ilmiah ini adalah “Analisis Kelayakan Usaha Penangkapan Ikan Tuna Dengan Rawai Tuna di Perairan Samudera Hindia (Studi Kasus Pada KM. Sari Segara 19 Milik PT. Sari Segara Utama)”. Tujuan karya ilmiah ini yaitu dapat mengetahui kelayakan teknis yang ditinjau dari fasilitas kapal, alat penangkapan, umpan yang dipergunakan, daerah penangkapan dan awak kapal serta mengetahui perhitungan laba rugi, titik impas dan margin of safety dari usaha penangkapan ikan tuna dengan rawai tuna.
Karya ilmiah ini terdiri dari 6 Bab, yaitu : Pendahuluan, Tinjauan Pustaka, Metodologi, Pelaksanaan Praktek, Hasil dan Pembahasan dan Kesimpulan dan Saran. Pada Bab Hasil dan Pembahasan penulis menguraikan kelayakan usaha penangkapan ikan tuna dari segi teknis dan non teknis. Bab Kesimpulan dan Saran Penulis menyampaikan intisari dari praktek akhir yang telah dilaksanakan dan saran yang diberikan semoga dapat bermanfaat bagi kelangsungan usaha penangkapan ikan tuna.
Disadari bahwa karya ilmiah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharap kritik dan saran yang dapat bermanfaat.
Jakarta, Agustus 2006
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH


Terima kasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan kepada Bapak Dr. Ir. Moch. Noor Salim, SE., MM. dan Bapak Supardi Ardidja, S.Pi., selaku dosen pembimbing karya ilmiah praktek akhir, serta :
1. Bapak Dr. Maimun, M.Ed., selaku Ketua Sekolah Tinggi Perikanan
2. Bapak Eddy Sugriwa Husen, S.Pi., MM. selaku Ketua Jurusan Teknologi Penangkapan Ikan.
3. Bapak Apih Suparlin, A.Pi., MM. selaku Ketua Program Studi Teknologi Penangkapan Ikan.
4. Staf dan Karyawan PT. Sari Segara Utama yang telah membantu dalam pengumpulan data.
5. Awak kapal KM. Sari Segara 19 yang telah membantu dalam pelaksanaan praktek di lapangan.
6. Seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan moral dan material.
7. Rekan-rekan Taruna Jurusan Teknologi Penangkapan Ikan angkatan 38 yang banyak membantu dan memberikan saran maupun kritiknya.
8. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian karya ilmiah praktek akhir ini.
KATA PENGANTAR

Karya ilmiah praktek akhir ini merupakan hasil praktek akhir dan merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Sains Terapan Perikanan (S.St.Pi.) pada Program Studi Teknologi Penangkapan Ikan, Sekolah Tinggi Perikanan.
Judul karya ilmiah ini adalah “Analisis Kelayakan Usaha Penangkapan Ikan Tuna Dengan Rawai Tuna di Perairan Samudera Hindia (Studi Kasus Pada KM. Sari Segara 19 Milik PT. Sari Segara Utama)”. Tujuan karya ilmiah ini yaitu dapat mengetahui kelayakan teknis yang ditinjau dari fasilitas kapal, alat penangkapan, umpan yang dipergunakan, daerah penangkapan dan awak kapal serta mengetahui perhitungan laba rugi, titik impas dan margin of safety dari usaha penangkapan ikan tuna dengan rawai tuna.
Karya ilmiah ini terdiri dari 6 Bab, yaitu : Pendahuluan, Tinjauan Pustaka, Metodologi, Pelaksanaan Praktek, Hasil dan Pembahasan dan Kesimpulan dan Saran. Pada Bab Hasil dan Pembahasan penulis menguraikan kelayakan usaha penangkapan ikan tuna dari segi teknis dan non teknis. Bab Kesimpulan dan Saran Penulis menyampaikan intisari dari praktek akhir yang telah dilaksanakan dan saran yang diberikan semoga dapat bermanfaat bagi kelangsungan usaha penangkapan ikan tuna.
Disadari bahwa karya ilmiah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharap kritik dan saran yang dapat bermanfaat.
Jakarta, Agustus 2006
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH


Terima kasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan kepada Bapak Dr. Ir. Moch. Noor Salim, SE., MM. dan Bapak Supardi Ardidja, S.Pi., selaku dosen pembimbing karya ilmiah praktek akhir, serta :
1. Bapak Dr. Maimun, M.Ed., selaku Ketua Sekolah Tinggi Perikanan
2. Bapak Eddy Sugriwa Husen, S.Pi., MM. selaku Ketua Jurusan Teknologi Penangkapan Ikan.
3. Bapak Apih Suparlin, A.Pi., MM. selaku Ketua Program Studi Teknologi Penangkapan Ikan.
4. Staf dan Karyawan PT. Sari Segara Utama yang telah membantu dalam pengumpulan data.
5. Awak kapal KM. Sari Segara 19 yang telah membantu dalam pelaksanaan praktek di lapangan.
6. Seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan moral dan material.
7. Rekan-rekan Taruna Jurusan Teknologi Penangkapan Ikan angkatan 38 yang banyak membantu dan memberikan saran maupun kritiknya.
8. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian karya ilmiah praktek akhir ini.


1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Keputusan Pemerintah menaikan harga BBM Solar melalui surat keputusan Direktur Pertamina No. Kpts-037/CO/2005-S3 tanggal 26 Juli 2005 tentang Harga Jual BBM Sektor Industri dan Bunker Internasional, di mana untuk kapal ikan dari Rp 2.200,- per liter menjadi Rp 5.480,- per liter merupakan tragedi nasional bagi dunia usaha perikanan. Harga baru tersebut secara ekonomis tidak menguntungkan usaha penangkapan ikan di laut, atau dengan kata lain kapal-kapal ikan yang terkena harga BBM baru tersebut tidak dioperasikan atau ditambat.
Harga solar untuk kawasan Bali, khususnya untuk kapal Tuna Longliner ditetapkan sebesar Rp 5.480,- per liter. Kapal-kapal Tuna Longliner berbendera Indonesia yang beroperasi dari Bali sebanyak 700 kapal, dengan rincian 20% berukuran di bawah 30 GT, 20% berukuran antara 30 - 60 GT dan 60% berukuran di atas 100 GT. Jumlah tenaga kerja laut (Anak Buah Kapal) mencapai 11.000 orang, tenaga kerja darat mencapai 2.000 orang, total penyerapan tenaga kerja dari kegiatan penangkapan tuna di Bali adalah 13.000 orang. Konsumsi BBM Solar bagi 700 kapal Tuna Longliner di Bali adalah sebanyak 40.740 KL per bulan (Sularsono, 2005 - http://www.dkp.go.id).
Selanjutnya dikatakan, meskipun berbagai upaya telah dilakukan oleh Departemen Kelautan dan Perikanan bersama dengan instansi terkait serta asosiasi pengusaha perikanan, telah menghasilkan beberapa kesepakatan. Kesepakatan tersebut diantaranya adalah harga solar untuk kapal-kapal perikanan yang berukuran <> 30 GT disubsidi dengan batas maksimal 25 kiloliter per bulan. Namun demikian tetap saja nelayan atau perusahaan perikanan tangkap harus mengeluarkan biaya lebih untuk operasional kapal. Hal ini dikarenakan pada unsur-unsur penunjang dalam industri perikanan seperti transportasi, bahan operasi penangkapan dan sebagainya tetap mengalami peningkatan harga.
Salah satu dampak langsung yang dapat dilihat di lapangan yaitu banyaknya kapal-kapal penangkap ikan khususnya kapal rawai tuna yang tidak beroperasi dan hanya ditambatkan oleh pemiliknya. Sekitar 500 kapal ikan tuna di Pelabuhan Perikanan Samudera Muara Baru Jakarta berhenti melaut, sehingga pemilik kapal tak lagi mampu menanggung biaya operasional dan sebanyak 700 kapal rawai tuna di pelabuhan Benoa, Bali tidak dapat beroperasi karena hal yang sama.
Program revitalisasi perikanan dari Departemen Kelautan dan Perikanan memfokuskan kegiatan pada enam target yaitu :
1) Peningkatan produksi perikanan baik tangkap maupun budidaya menjadi sembilan juta ton per tahun.
2) Meningkatkan devisa ekspor perikanan hingga US$ 5,5 miliar.
3) Meningkatkan konsumsi ikan dari 21 kg per kapita per tahun menjadi 30 kg per kapita per tahun.
4) Meningkatkan pendapatan rata-rata nelayan menjadi Rp. 1,5 juta per bulan.
5) Tambahan penyerapan tenaga kerja disektor perikanan sebanyak 4 juta orang.
6) Target yang terakhir adalah membangkitkan industri olahan dalam negeri sehingga menjadi penguasa pasar Asia (Demersal, 2005).
Berdasarkan pada potensi perikanan, khususnya potensi ikan pelagik besar di wilayah pengelolaan perikanan Samudera Hindia pada tahun 2005 sebesar 386.260 ton/tahun dan data dari jurnal perizinan pada tanggal 14 september 2005 menyebutkan jumlah kapal yang berukuran di atas 30 GT yang mendapat izin usaha perikanan sebanyak 2.405 di mana alokasi izin yang disediakan sebanyak 2.064 izin namun yang terealisasi hanya 1.556 kapal yang baru mendapatkan izin (DKP Dalam Angka 2005, 2005).
Salah satu produk unggulan dalam program revitalisasi perikanan adalah ikan tuna, di mana produk ini dihasilkan melalui kegiatan penangkapan dengan menggunakan kapal rawai tuna, namun dengan adanya kenaikan harga solar yang sangat signifikan tersebut menimbulkan suatu pertanyaan apakah target dari program revitalisasi tersebut dapat terlaksana, sedangkan pada kenyataannya dilapangan banyak kapal penangkap ikan yang tidak beroperasi sehingga nelayan-nelayan (awak kapal) banyak yang dirumahkan oleh perusahaannya, dampaknya pada produksi ikan tuna menjadi menurun sehingga suplai bahan baku untuk industri pengolahan ikan tuna juga mengalami penurunan.
Banyaknya perusahaan yang menambatkan kapal-kapal penangkap ikan dan awak kapalnya banyak yang dirumahkan karena alasan kenaikan harga solar, menyebabkan besarnya biaya operasional kapal-kapal penangkap ikan secara keseluruhan tidak bisa ditutupi oleh jumlah produksi ikan dari hasil operasi penangkapan, maka untuk kelayakan dari usaha penangkapan ikan pada kondisi perekonomian saat ini masih dipertanyakan.

Berdasarkan kondisi tersebut di atas, kami tertarik untuk menganalisa kelayakan dari usaha penangkapan ikan pada kondisi kenaikan harga BBM (solar) saat ini, khususnya pada pengoperasiaan sebuah kapal rawai tuna dengan mengambil judul karya ilmiah “ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENANGKAPAN IKAN TUNA DENGAN RAWAI TUNA DI PERAIRAN SAMUDERA HINDIA (STUDI KASUS PADA KM. SARI SEGARA 19 MILIK PT. SARI SEGARA UTAMA)”
1.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud
Maksud praktek akhir ini adalah untuk melaksanakan tugas yang diprogramkan oleh Sekolah Tinggi Perikanan, yang merupakan persyaratan dalam menempuh ujian akhir untuk mendapatkan sebutan Sarjana Sains Terapan Perikanan serta untuk menyelesaikan pendidikan program Diploma IV di Sekolah Tinggi Perikanan.
1.2.2 Tujuan
Penulisan karya ilmiah praktek akhir ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan teknis yang ditinjau dari fasilitas kapal, alat penangkapan, umpan yang dipergunakan, daerah penangkapan dan awak kapal serta mengetahui perhitungan laba rugi, titik impas dan margin of safety dari usaha penangkapan ikan tuna dengan rawai tuna.

1.3 Batasan Masalah
Karya ilmiah praktek akhir ini dibatasi pada bagaimana kelayakan teknis yang ditinjau dari fasilitas kapal, alat penangkapan, umpan yang dipergunakan, daerah penangkapan dan awak kapal serta analisa kelayakan nonteknis yang ditinjau dari perhitungan laba rugi, titik impas dan margin of safety dari usaha penangkapan ikan tuna di perairan Samudera Hindia.
1.4 Manfaat
Hasil penulisan karya ilmiah praktek akhir ini diharapkan perusahaan dapat beroperasi dengan berbagai efisiensi dan untuk pembaca dapat mengetahui analisa kelayakan usaha penangkapan ikan.









2 Tinjauan Pustaka
2.1 Kapal Rawai Tuna
Kapal penangkap ikan atau kapal ikan adalah sarana apung penangkapan yang memiliki geladak utama dan bangunan atas atau rumah geladak serta memiliki peralatan perikanan dan perlengkapan bantu penangkapan yang dipergunakan untuk kegiatan penangkapan ikan, untuk selanjutnya disebut kapal penangkap ikan (Mulyanto dan Syahasta, 2004).
Tipe kapal ikan sangat tergantung dari tipe alat penangkap ikan yang dipergunakan dalam operasi penangkapan ikan, sehingga klasifikasi dan penamaan kapal penangkapan ikan sesuai dengan klasifikasi dan penamaan alat penangkap ikan, seperti kapal pukat ikan (trawler), kapal pukat kantong (seiner), kapal pukat cincin (purse seiner), kapal jaring insang (gillneter), dan kapal rawai (rawai tuna).
Berdasar ukuran kapal, rawai tuna dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
(a) Rawai tuna dengan kapal kecil dan
(b) Rawai tuna dengan kapal besar.
Rawai tuna dengan kapal kecil pada umumnya dipakai di perikanan tuna segar (fresh fish tuna fishery), contohnya berukuran kurang dari atau sama dengan 100 GT, beroperasi tidak jauh dari pelabuhan pangkalannya, contohnya terdapat di Benoa (Bali) dan Muara Baru (Jakarta).
Rawai tuna dengan kapal besar pada umumnya dipakai di perikanan tuna beku (frozen tuna fishery), berukuran lebih dari 100 GT, beroperasi di lintas Samudera (Sjarif dan Mulyadi, 2004).
Usemahu dan Tomasila (2003), menyatakan bahwa pembagian ruang kerja biasanya setiap kapal memiliki ruang-ruangan sebagai berikut :
- Tempat pembuangan pancing (setting) biasanya di buritan;
- Tempat penarikan pancing (hauling) biasanya di bagian tengah sebelah depan;
- Tempat menyimpan tali utama, biasanya di bagian tengah sebelah belakang;
- Tempat menyimpan tali cabang, tali pelampung dan pelampung, berdekatan di bagian buritan kapal;
- Tempat radio buoy, di buritan sebelah kanan.
Metode olah gerak kapal rawai secara umum mengikuti alur main line, dengan beberapa ketentuan berolah gerak yang terkait dengan kedudukan (arah) main line terhadap haluan kapal. Haluan kapal harus dipertahankan membentuk sudut antara 300-450 terhadap arah main line yang muncul dipermukaan air dalam tiga dimensi dan hindarkan main line mengarah di bawah kapal atau kearah buritan kapal.
Untuk kecepatan kapal diturunkan 3-4 knot pada saat setting tidak mengakibatkan efek hidrodinamika yang mendorong branch line hingga merapat ke main line. Sedangkan pada saat hauling (kecuali pada saat tertentu misalnya kapal berolah gerak untuk membebaskan main line dari bawah kapal) tidak menyebabkan sudut arah main line lebih kecil dari yang sudah ditentukan. Pada kecepatan ini tidak menyebabkan ketegangan tali, sehingga tali akan terpelintir dan menyebabkan branch line terbelit pada main line (Ardidja, 2002).

2.1.1 Perlengkapan Penangkapan
Perlengkapan penangkapan ikan (fishing equipment) adalah suatu alat yang dipergunakan untuk menunjang keberhasilan dalam operasi penangkapan, sehingga dengan mengenal fungsi alat bantu dengan baik, diharapkan dapat menurunkan resiko ketidak berhasilan usaha penangkapan ikan dan memperkecil nilai dari kegagalan. Kondisi yang produktif, untuk setiap perlengkapan berbeda satu dengan yang lainnya dan bersifat saling mendukung dalam perolehan hasil tangkapan (Direktorat Bina Produksi, 1999).
Perlengkapan penangkapan kapal rawai tuna yaitu penggulung tali cabang, bangku umpan dan ban berjalan, penarik tali, pengatur tali dan pelempar tali (Dirjen Perikanan Tangkap, 2005). Perlengkapan digunakan pada saat setting maupun hauling akan menentukan kualitas dan kuantitas hasil tangkapan sehingga perlu diperhatikan penggunaan dari masing-masing perlengkapan tersebut. Jenis dan fungsi dari perlengkapan penangkapan pada kapal rawai tuna dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini :












Tabel 1. Jenis dan fungsi alat bantu penangkapan.
No
Jenis
Fungsi
1
Line hauler
Penarik tali utama ( main line ).
2
Line thrower
Mengatur tali utama secara otomatis.
3
Belt conveyor
Memindahkan hasil tangkapan dari geladak kerja ke geladak penyimpanan atau sebaliknya.
4
Branch line ace
Penggulung dan penarik tali cabang yang telah dilepas dari tali utama.
5
Line arranger
Menarik tali utama untuk masuk dan ditata di dalam box/drum tali utama.
6
Hoist
Mengangkat ikan keluar palkah dan menarik ikan–ikan besar yang tertangkap.
7
Radio buoy
Mempermudah pendeteksian rawai tuna yang telah dilepas pada waktu setting.
8
Side roller
Menghindari gesekan antara tali utama dengan dinding kapal.
9
Radio direction finder
Mendeteksi posisi radio buoy yang terpasang pada rawai tuna.
10
Skiyama stretcher
Meluruskan wire leader atau skiyama.
11
Light bouy
Pendeteksian rawai tuna pada saat cuaca buruk dan gelap.
12
Takal atau block
Membantu menaikkan ikan-ikan besar yang tertangkap.
13
Search light
Penerangan dalam mencari pelampung pada malam hari apabila ada tali utama yang putus.
14
Ganco
Untuk mengangkat ikan dari suatu tempat ketempat lain.
Sumber : Direktorat Bina Produksi (1999).
2.2 Daerah Penangkapan
Daerah penangkapan di perairan Indonesia untuk perikanan tuna ialah laut Banda, laut Maluku, perairan sebelah selatan pulau Jawa terus menyusur ke timur, demikian pula perairan sebelah selatan Sumatra, sekitar Andaman dan Nikobar, perairan sebelah utara Irian Jaya, perairan sebelah selatan pulau Timor dan sebagainya (Ayodhyoa, 1981).
Spesies pelagis yang berada pada lapisan di bawah termoklin pada siang hari; bermigrasi ke lapisan termoklin selama matahari terbenam; menyebar antara lapisan termoklin dan dasar perairan pada malam hari; turun ke lapisan yang lebih dalam saat matahari terbit (Nakamura, 1969 vide Baskoro et al, 2004).
Tabel 2. Parameter daerah penangkapan yang sesuai spesies target penangkapan.
Spesies
Kedalaman
Suhu
Tuna mata besar
( T. Obesus )
50- 600 meter,
termoklin
10 – 17 0C
Madidihang
( T. Albacares )
50- 250 meter,
lapisan atas dan
lapisan tengah
18 – 28 0C
Albakora
( T. Alalunga )
50- 600 meter,
termoklin
10 – 17 0C
Setuhuk
( Macaira nigricans )

50- 150 meter,
lapisan atas dan
lapisan tengah
18 - 22 0C
Layaran
( Istiophorus orientalis )
50- 250 meter,
lapisan atas dan
lapisan tengah
20 – 23 0C
Sumber : Secretariat Of The Samudera pasifik Community (2003).
Usemahu dan Tomasila (2003), menyebutkan bahwa suatu perairan dinamakan daerah penangkapan apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Di daerah tersebut terdapat ikan yang melimpah sepanjang tahun
2. Rawai tuna dapat dioperasikan dengan mudah dan sempurna
3. Lokasinya tidak jauh dari pelabuhan sehingga dapat dijangkau oleh kapal ikan
4. Daerahnya aman yaitu tidak ada pelayaran dan pengaruh angin yang membahayakan.
Musim penangkapan beberapa jenis ikan tuna di perairan Samudera Hindia secara umum diduga berlangsung selama enam bulan. Tabel 3 menjelaskan musim penangkapan tersebut.



Tabel 3. Musim penangkapan tuna di perairan Samudera Hindia
No
Jenis
Musim ( Bulan )
Kisaran
Puncak
1
Sirip biru selatan
Januari - April
Januari
2
Madidihang
November - Januari
Desember
3
Tuna mata besar
Februari - Juni
Juni
4
Albakor
Juni - Agustus
Juni
5
Pelagis besar selain tuna
Juli - Desember
Oktober
Sumber : Sedana Merta ( 2004 ).
2.3 Rawai Tuna
Definisi rawai menurut statistik perikanan Indonesia, adalah : ”Rawai terdiri dari sederetan tali-tali utama, dan pada tali utama pada jarak tertentu terdapat beberapa tali cabang yang pendek dan lebih kecil diameternya. Pada ujung tali cabang ini diikatkan pancing yang berumpan” (Sjarif dan Mulyadi, 2004).
Sedangkan pengertian rawai dalam ensiklopedi perikanan, yaitu suatu jenis alat penangkap ikan dengan konstruksi tertentu di mana tali pancing yang bermata pancing (branch line) dikaitkan pada tali pancing utama yang panjang (main line) pada jarak tertentu. Rawai dapat dioperasikan dekat dasar perairan atau digantung pada kedalaman tertentu dengan bantuan pelampung di permukaan air. Panjang rawai ini dapat mencapai 150 km dengan ribuan mata pancing (contoh, rawai tuna dalam perikanan tuna).
Komponen-komponen utama rawai tuna yang merupakan susunan tali temali yang terdiri dari : tali utama (main line), tali cabang (tali pancing; branch line) berikut bagian-bagiannya; tali pelampung (buoy line) berikut pelampungnya.
2.4 Pengoperasian Rawai Tuna
2.4.1 Setting
Kegiatan setting diawali dengan mempersiapkan umpan yang jumlahnya kurang-lebih sama dengan jumlah mata pancing yang dioperasikan. Umpan-umpan ditempatkan di dalam kotak-kotak dengan jumlah tertentu. Selanjutnya anak buah kapal mengambil posisi masing-masing sesuai dengan tugasnya. Sementara kecepatan kapal dikurangi (3-4 knot), selanjutnya diikuti penurunan pancing. Secara garis besar kegiatan penurunan pancing adalah sebagai berikut : mula-mula pelampung dan tiang bendera diturunkan beserta tali pelampungnya, kemudian tali utama dan akhirnya tali cabang yang diikuti mata pancing yang telah diberi umpan. Tali utama tersebut kemudian dilepas dan begitu seterusnya sampai yang terakhir disambungkan dengan satuan rawai berikutnya menggunakan tali penyambung.
Usemahu dan Tomasila (2003), menyatakan bahwa pekerjaan setting biasanya dikerjakan oleh lima orang saja, mengenai pembagian tugas masing-masing orang adalah sebagai berikut :
- orang pertama memasang shackle (snap = penjepit) dari tali cabang dan tali pelampung ke tali utama;
- orang kedua membuang umpan, dan memasang shackle dari tali pelampung ke pelampung gelas;
- orang ketiga mamasang umpan dan mata kail;
- orang keempat menyusun tali cabang dan tali pelampung pada meja setting;
- orang kelima menyiapkan dan memasang radio buoy dan light buoy, menyiapkan pelampung, menyiapkan umpan dan melayani kebutuhan keempat temannya.
2.4.2 Drifting
Setelah selesai proses setting, awak kapal membersihkan dan merapikan semua peralatan yang telah digunakan dalam kegiatan tersebut, dilanjutkan dengan istirahat kecuali beberapa orang yang bertugas jaga untuk mengawasi rawai tuna dengan menggunakan teropong untuk mengamati pelampung tanda atau menggunakan Radio Direction Finder (RDF) apabila rawai menggunakan radio buoy.
2.4.3 Hauling
Hauling dilakukan 5-6 jam kemudian setelah setting pancing. Secara garis besar kegiatan hauling rawai secara berturut-turut dimulai dari penaikan tiang bendera, pelampung, tali pelampung beserta pemberat diangkat keatas geladak kapal, tali utama, berikut tali cabang beserta mata pancingnya dan begitu seterusnya sampai keseluruhan satuan pancing terangkat ke atas geladak kapal.
Bila pada mata pancing ada ikan yang tertangkap, pengambilan ikan ke geladak kapal biasanya dilakukan oleh tiga orang, tergantung dari besar-kecilnya ikan yang tertangkap, yaitu setelah ujung tali cabang dilepas dari tali utama (Subani dan Barus, 1989).
Kecepatan kapal saat penarikan tali ke atas geladak kapal, kecepatan kapal diatur di bawah kecepatan normal pada kecepatan 2-3 knot. Haluan kapal di atas angin di bawah kondisi normal.
Menurut Usemahu dan Tomasila (2003), bahwa untuk pembagian tugas untuk masing-masing orang pada saat hauling diatur sebagai berikut :
- satu orang menjaga main line di meja berjalan untuk dikirim ke bak penampungan dan mengawasi bila ada tali yang putus atau kusut. Biasanya orang ini tugasnya menjaga tali utama untuk selama lima basket atau sekitar 30 menit
- satu orang melayani line hauler
- tiga orang menggulung tali cabang dan melepaskan shackle dari tali utama
- satu orang mengambil pelampung, membantu menggulung tali cabang bila ada kekusutan, menaruh dan mengirim pelampung, tali cabang lewat ban berjalan ke tempat penyimpanan, membantu dalam penanganan hasil
- empat orang membantu menyelesaikan adanya kekusutan pada tali utama atau tali cabang; membantu dalam penanganan hasil, melayani kebutuhan group-group lainnya.
2.5 Faktor Keberhasilan Dalam Pengoperasian Rawai Tuna
Menurut Usemahu dan Tomasila (2003), ada beberapa faktor penting yang sangat mempengaruhi keberhasilan kegiatan pengoperasian tuna longline tersebut, yaitu :
1. Fasilitas kapal
2. Alat penangkapan
3. Umpan
4. Daerah penangkapan dan
5. Keterampilan nelayan
Kapal tali pancing adalah kapal kapal penangkap ikan yang dipergunakan untuk pengoperasian pancing tangan atau rawai atau rawai tuna atau pancing joran, atau pancing tonda, kapal dilengkapi dengan atau tanpa penarik/penggulung tali atau pelempar tali, penarik tali, penata tali, penggulung tali, bangku umpan dan ban berjalan atau penyemprot air dan palka ikan hidup atau batang rentang (Dirjen Perikanan Tangkap, 2005).
Pancing rawai atau “rawai” adalah suatu pancing yang terdiri dari tali panjang (tali utama; main line) kemudian pada tali tersebut secara berderet pada jarak tertentu digantungkan tali-tali pendek (tali cabang; branch line) yang ujungnya diberi mata pancing (hook). Tergantung dari banyaknya satuan yang dipergunakan, panjang tali tersebut jika direntangkan secara lurus dapat mencapai ratusan meter, bahkan puluhan kilometer (Subani dan Barus, 1989).
Umpan yang dipergunakan dalam operasi penangkapan harus memenuhi persyaratan antara lain : warna yang mengkilap, aroma yang khas, ukuran yang memadai, mudah didapat, harga terjangkau, dan disenangi oleh ikan yang akan ditangkap (Ardidja, 2002).
Di perairan Samudera Hindia daerah penangkapan rawai tuan yang sudah dikenal baik berada antara 900 sampai 1000 Km dari pantai selatan Pulau Jawa sampai sekitar Pulau Christmas (Usemahu dan Tomasila, 2003). Selanjutnya dikatakan bahwa dalam mencari daerah penangkapan rawai tuna yang tepat harus menggunakan perhitungan musim, kondisi meteorologi dan oseanografi yang harus diteliti terhadap daerah perairan yang diperkirakan.
Dalam penangkapan ikan dengan rawai tuna para petugas pemasang umpan harus benar-benar terampil dalam menjalankan tugasnya, sebab apabila petugas pemasang umpan tidak terampil akan mengganggu kelancaran operasi penangkapan ikan, karena umpan yang dipasang akan lepas dari pancing sebagai akibat kesalahan dalam pengaitannya.
2.6 Hasil Tangkapan
Ikan hasil tangkapan rawai tuna merupakan jenis ikan pelagis di mana menurut ensiklopedi perikanan berarti jenis ikan yang menghabiskan sebagian besar hidupnya di kolam perairan. Ketergantungan dan interaksi jenis ikan ini dengan dasar perairan sangat kecil. Biasanya mengacu pada spesies yang berada pada tahap dewasa. Hasil tangkapan rawai tuna dapat dibagi ke dalam tiga kelompok berdasarkan tujuan penangkapan, yaitu :
Spesies target; target utama dari pengoperasian rawai tuna adalah jenis-jenis tuna dan ikan bermoncong (billfish), antara lain : Madidihang (T. Albacares), tuna sirip biru (T. Thynnus maccoyii), albakor (T. Alalunga), ikan pedang (Xiphias gladius), dan Setuhuk (Macaira nigricans).
Ikan produk ; ikan tertangkap secara tidak disengaja (bukan target) selama pengoperasian rawai tuna, yang dapat dijual karena memiliki nilai komersial, contohnya ikan layaran (Istiophorus orientalis), barracuda dan cakalang (Katsuwonis pelamis).
Hasil sampingan; ikan yang tidak diinginkan yang tertangkap dengan tidak disengaja selama pengoperasian rawai dan dibuang karena tidak memiliki nilai komersial, misalnya ikan pari (Gymnura micrura), kura-kura dan burung laut.
Jenis-jenis tuna dan ikan-ikan lainnya yang umumnya tertangkap dengan menggunakan rawai tuna rawai tuna dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini :
Tabel 4. Jenis tuna dan daerah penangkapannya.
Nama Indonesia
Nama Inggris
Nama ilmiah
Daerah ruaya
?
Bluefin tuna
Thunnus thynnus orientalis
Pasifik Utara, Atlantik
?
Bluefin tuna
T. thynnus thynnus
Pasifik Utara, Atlantik
?
Southern bluefin
T. thynnus maccoyii
Pasifik Selatan, Samudera Hindia
Albakor
Albacore
T. alalunga
Semua Samudera
Mata besar
Big eye tuna
T. obesus
Semua Samudera
Madidihang, Geulang, Kedawung
Yellowfin tuna
T. albacares
Semua Samudera
?
Northern bluefin
T. tonggol
Samudera Pasifik,
Samudera Hindia
?
Blackfin
T. atlantikus
Atlantik
Cakalang
Skipjack
Katsuwonus pelamis
Semua Samudera
?
Shortbill spearfish
Tetrapturus angustirostris
Samudera Pasifik,
Samudera Hindia
Ikan layaran
Sailfish
Istiophorus orientalis
Samudera Pasifik,
Samudera Hindia
Setuhuk loreng
Striped marlin
Tetrapturus audax
Samudera Pasifik,
Samudera Hindia
Setuhuk hitam
Blue marlin
Macaira nigricans
Samudera Pasifik,
Samudera Hindia
Setuhuk putih, Ikan mersuji
Black marlin
Macaira indica
Samudera Pasifik,
Samudera Hindia
Ikan pedang,
Ikan todak
Sword fish
Xiphias gladius
Samudera Pasifik,
Samudera Hindia
Hiu, Cucut
Shark
-
Semua Samudera
Sumber : Ayodhyoa (1981).
2.7 Penanganan Hasil Tangkapan
Beragamnya mutu tuna hasil tangkapan pada setiap kapal disebabkan oleh adanya perbedaan dalam teknik penangkapan, cara pembunuhan, cara penanganan, dan cara pendinginan tuna itu sendiri.
Penanganan ikan tuna di atas kapal dapat dilakukan dengan beberapa cara, untuk tuna yang masih hidup harus segera dibunuh untuk menghentikan stress pada ikan tersebut dengan jalan merusak syaraf pusat yang mengendalikan temperatur tubuh sehingga ikan tersebut lebih cepat didinginkan/dibekukan dan masa kesegarannya dapat dipertahankan.
Pembunuhan ikan dapat dilakukan dengan menusuk pusat syaraf (otak) dari belakang mata menggunakan sebuah paku pembunuh (15 cm)/(killing spike) sedalam 5 sampai dengan 10 cm, kemudian paku diputar-putar guna merusak otak (Direktorat Mutu dan Pengolahan Hasil, Maret 2003). Untuk membunuh, letakkan kedua kaki di sisi kiri dan kanan ikan dengan menghadap ke arah kepala ikan, lalu dengan tangan kanan tancapkan ujung spike kebagian yang disebutkan di atas, sementara tangan kiri memegang tubuh ikan (Murniyati dan Sunarman, 2000).
Pembuangan isi perut dan insang menyebabkan ikan kotor dengan darah dan sisa-sisa potongan, untuk membersihkanya digunakan sikat kawat dengan disirami air laut secara terus-menerus. Selain darah, lendir yang menempel di kulit ikan juga dibersihkan dengan menggunakan sikat yang terbuat dari bahan lunak dengan satu arah gerakan dari kepala ke ekor, hal ini untuk mencegah terlepasnya sisik ikan. Selanjutnya ikan tuna tersebut dimasukan ke dalam palkah.
2.8 Analisis Kelayakan Usaha
Tahap penelitian sebagai suatu proses sistematis yang dilakukan untuk membuat suatu keputusan apakah bisnis tersebut layak dilaksanakan atau tidak. Tahapan ini dilakukan seperti prosedur proses penelitian ilmiah lainnya, yaitu dimulai dengan mengumpulkan data, mengolah, menganalisis, dan menarik kesimpulan (Suryana, 2003). Selanjutnya dikatakan bahwa aspek-aspek yang harus diamati dan dicermati dalam tahap analisis tersebut meliputi :
1. Aspek pasar, yaitu mencakup produk yang akan dipasarkan, peluang pasar, permintaan dan penawaran, harga, segmentasi pasar, pasar sasaran, ukuran pasar, perkembangan pasar, struktur pasar,dan strategi pesaing.
2. Aspek teknik produksi/operasi, meliputi lokasi gedung bangunan, mesin dan peralatan, bahan baku dan bahan penolong, tenaga kerja, metode produksi, lokasi dan lay-out pabrik,atau tempat usaha.
3. Aspek manajemen/pengelolaan, meliputi organisasi, aspek pengelolaan, aspek tenaga kerja, aspek kepemilikan, aspek yuridis, aspek lingkungan dan sebagainya. Aspek yuridis dan lingkungan perlu menjadi bahan analisis sebab perusahaan harus mendapat pengakuan dari berbagai pihak dan harus ramah lingkungan.
4. Aspek finansial/keuangan, meliputi sumber dana, penggunaan dana, proyeksi biaya, proyeksi pendapatan, proyeksi keuntungan dan proyeksi aliran kas (cash flow).
2.8.1 Titik Impas
Titik pulang pokok adalah volume penjualan di mana penghasilannya (revenue) tepat sama besar dengan biaya total, sehingga perusahaan tidak mendapat keuntungan atau kerugian, sedangkan menurut Riyanto (1991), analisa break-even adalah suatu tehnik analisa untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan.
Menurut Arifin dan Fauzi (1999), analisis impas (break-even) dapat diterapkan dalam perusahaan secara efektif, jika :
1. Biaya dapat dipisah menjadi biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost).
2. Unit yang terjual sama dengan unit yang diproduksi atau yang dihasilkan.
3. Produk yang dijual terdiri dari satu jenis, atau jika lebih dari satu jenis komposisi dari masing-masing jenis dianggap tetap.
Volume impas dipengaruhi oleh tiga hal. Pertama, berhubungan searah dengan biaya tetap. Jika karena sesuatu alasan biaya tetap bertambah, sementara hal-hal lain tidak berubah, volume impas akan bertambah. Kedua, berlawanan arah dengan harga produk per unit, kenaikan harga produk akan menurunkan volume impas. Ketiga, searah dengan harga per unit, didasari dua asumsi yaitu biaya berubah merupakan fungsi linier dalam volume produk dan harga produk adalah fungsi konstan (Mulyono, 1996).
Karena adanya unsur variabel di satu pihak dan unsur tetap di pihak lain, maka dapat terjadi bahwa suatu usaha dengan volume produksi tertentu menderita kerugian. Sehubungan dengan hal tersebut maka sangatlah penting dalam suatu usaha untuk mengetahui pada volume kegiatan atau volume penjualan berapa penghasilan penjualan dapat tepat menutupi biaya totalnya untuk dapat menghindarkan kerugian.
2.8.2 Margin Of Safety
Tingkat keamanan (margin of safety) erat hubungannya dengan analisis break-even, yaitu untuk menentukan seberapa besar berkurangnya volume penjualan yang boleh turun agar tidak menimbulkan kerugian. Informasi margin of safety dapat dinyatakan dalam rasio (persentase) antara penjualan yang dianggarkan dengan penjualan pada tingkat break-even (Arifin dan Fauzi, 1999).
3 Metodologi
3.1 Waktu dan Lokasi Praktek Akhir
3.1.1 Waktu
Praktek akhir dilaksanakan dari tanggal 12 Maret sampai 11 Juni 2006, namun persiapan-persiapan telah dimulai dari bulan Januari 2006. Jadwal kegiatan yang dilaksanakan dapat dilihat pada Tabel 5, sedangkan untuk jenis kegiatan yang dilaksanakan yaitu :
1. Pencarian tempat praktek akhir
2. Penyusunan proposal praktek akhir
3. Penyerahan proposal praktek akhir
4. Persiapan praktek akhir
5. Berangkat menuju lokasi praktek akhir
6. Praktek akhir
7. Penyusunan karya ilmiah praktek akhir
8. Seminar karya ilmiah praktek akhir
9. Sidang karya ilmiah praktek akhir
10. Konsultasi dengan dosen pembimbing.
3.1.2 Lokasi
Praktek akhir dilaksanakan di KM. Sari Segara 19 milik PT. Sari Segara Utama yang memiliki lokasi usaha di jalan Raya Pelabuhan Benoa, Kabupaten Badung, Propinsi Bali dengan fishingbase di Pelabuhan Indonesia III cabang Benoa.
Lokasi operasi penangkapan ikan pada saat pelaksanaan praktek yaitu antara 13032’005”LS-15052’295”LS dan antara 109040,6’BT-111007,5’BT. Lokasi ini berada di perairan Samudera Hindia sebelah selatan Pulau Jawa (Gambar 1).
Tabel 5. Jadwal kegiatan praktek akhir.
No
Kegiatan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
(1)
































2
(2)
































3
(3)
































4
(4)
































5
(5)
































6
(6)
































7
(7)
































8
(8)
































9
(9)
































10
(10)

































Gambar 1. Lokasi praktek akhir, skala 1 : 37.780.800 (Sumber: diolah dari Peta Daerah Penangkapan Ikan, BRKP).
3.2 Alat dan Bahan
Peralatan yang dipergunakan dalam pelaksanaan praktek akhir ini adalah sebagai berikut :
Tabel 6. Jenis dan fungsi peralatan Praktek.
No
Jenis
Fungsi
1
Kapal rawai tuna
Sebagai sarana penangkapan ikan.
2
Rawai tuna
Sebagai alat penangkapan ikan.
3
Kamera
Untuk alat dokumentasi kegiatan.
4
Alat tulis-menulis
Untuk mencatat data.
5
Kalkulator
Alat bantu perhitungan.

Bahan yang akan diperlukan dalam penyusunan materi karya ilmiah yaitu komposisi ikan hasil tangkapan yang diperoleh selama operasi penangkapan dilaksanakan.
3.3 Metode Pengumpulan Data
3.3.1 Data Primer
Data primer berupa data mengenai teknik pengoperasian dan komponen dari rawai tuna komposisi hasil tangkapan per trip operasi penangkapan, diperoleh melalui metode :
1. Partisipasi langsung dengan mengikuti dan melaksanakan kegiatan operasi penangkapan ikan.
2. Pengambilan data dengan melakukan pengamatan dan pencatatan dari setiap operasi penangkapan ikan.
3. Wawancara dengan awak kapal dan pengurus perusahaan.
3.3.2 Data Sekunder
Data sekunder yang diperlukan dalam analisa dikumpulkan dengan menggunakan metode :
1. Studi literatur yang berkaitan dengan karya ilmiah yang ditulis.
2. Pengumpulan data yang berupa dokumen kapal dan hasil tangkapan dari perusahaan, serta data dari instansi terkait.
3.4 Metode Analisa Data
Metode analisa data yang dipergunakan dalam penyusunan laporan karya ilmiah praktek akhir adalah :
1. Diskriptif yaitu data-data yang diperoleh di lokasi praktek diolah kemudian membandingkannya dengan studi pustaka.
2. Kuantitatif yaitu dengan menggunakan rumusan-rumusan dari teori titik impas dan margin of safety yang telah teruji kebenarannya.
3.4.1 Analisis Titik Impas
Pengukuran keuntungan atau efisiensi produksi suatu perusahaan pemasaran biasanya secara teoritis menggunakan analisa batas (marginal analysis), baik untuk penghasilan maupun pembiayaan. Tetapi dalam penerapannya, perhitungan secara teoritis itu sulit dilaksanakan, karena tidak mudah menghitung perubahan biaya atas tiap-tiap kenaikan produksi, yang dalam praktek lebih mudah dihitung atau diukur ialah pembiayaan total dari tiap kapasitas produksi, hingga dapat dibandingkan atau ditentukan kenaikan pembiayaan total dari kapasitas produksi yang satu ke kapasitas produksi yang lainnya (Hanafiah dan Saefuddin, 1989). Selanjutnya juga disebutkan bahwa untuk memudahkan penganalisaan keuntungan suatu perusahaan, perlu digunakan cara yang lebih praktis dan dapat dipercaya (reliable) dalam pelaksanaanya. Cara yang dimaksud adalah analisa titik impas (break even point analysis).
Analisa titik impas memerlukan pengetahuan tentang jalannya pembiayaan total dan penghasilan total untuk dapat mengetahui keuntungan. Pendekatan dengan analisa titik impas ini pada hakekatnya merupakan penyederhanaan dari analisis keuntungan yang didasarkan kepada analisis marginal, baik terhadap penghasilan maupun pembiayaan.
Titik impas (Break Even Point) dengan pendekatan matematis didapatkan dalam satuan unit dan satuan mata uang. Untuk titik impas dalam satuan unit diperoleh dari hasil pembagian antara biaya tetap dengan selisih antara harga jual terhadap biaya variabel dari setiap unit produk yang dihasilkan. Untuk hasil titik impas dalam satuan mata uang diperoleh dari pembagian antara biaya tetap dengan selisih antara satu dengan perbandingan biaya variabel terhadap harga jual untuk masing-masing unitnya.
Riyanto (1991), mengatakan bahwa perhitungan break-even point dengan menggunakan rumus aljabar dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
1. Atas dasar unit
2. Atas dasar sales dalam rupiah
a) Perhitungan break-even point atas dasar unit (Kg) dapat dilakukan dengan menggunakan rumus :
BEP (Dalam Kg) =
Di mana :
P = harga jual per Kg
V = biaya variabel per Kg
FC = biaya tetap
b) Perhitungan break-even point atas dasar penjualan dalam rupiah dapat dilakukan dengan menggunakan rumus aljabar sebagai berikut :

BEP (dalam Rp) =

Di mana :
FC = biaya tetap
V = biaya variabel per Kg
P = harga jual per Kg.
Salah satu cara untuk menentukan break-even point adalah dengan membuat gambar break-even. Dalam gambar tersebut akan nampak garis-garis biaya tetap, biaya total yang menggambarkan jumlah biaya tetap dan biaya variabel, dan garis penghasilan penjualan.
(Kg,Rp)
Kg
Rp
Gambar 2 .Grafik titik impas

Besar volume produksi/penjualan dalam unit nampak pada sumbu horizontal (sumbu X) dan besarnya biaya dan penghasilan penjualan akan nampak pada sumbu vertikal (sumbu Y).
Break-even dalam Gambar 2 dapat ditentukan pada titik di mana terjadi persilangan antara garis penghasilan penjualan dengan garis biaya total. Apabila dari titik tersebut kita tarik garis lurus vertikal ke bawah sampai sumbu X, akan nampak besarnya break-even dalam unit. Kalau dari titik itu ditarik garis lurus horizontal ke samping sampai sumbu Y, akan nampak besarnya break-even dalam Rupiah (Riyanto, 1991).
Analisa titik impas diperlukan dalam mengukur keuntungan dan efisiensi produksi, menurut Arifin dan Fauzi (1999), perencanaan untuk mendapatkan laba yang diinginkan dapat dilakukan dalam beberapa cara diantaranya :
1. Meminimumkan biaya produksi dan biaya operasional dengan tujuan mempertahankan tingkat harga jual dan volume penjualan.
2. Menentukan harga jual dengan laba yang direncanakan dan meningkatkan penjualan secara maksimal.
Hanafiah dan Saefuddin (1986), menyatakan bahwa suatu kenaikan harga faktor produksi menyebabkan perusahaan yang bersangkutan menjadi lebih peka terhadap kemungkinan berkurangnya penghasilan, karena semakin tinggi biaya maka akan semakin cepat pula kembali kepada titik impas bilamana penjualan berkurang.
Asumsi yang dipakai dalam analisa yaitu bahwa masa pencapaian titik impas dapat tekan dengan menganalisa tingkat efisiensi teknis untuk dapat menekan biaya produksi dan peningkatan mutu dari hasil tangkapan sehingga diperoleh pendapatan yang mengalami peningkatan.
3.4.2 Analisa Margin Of Safety
Menurut Arifin dan Fauzi (1999), rumus untuk menghitung margin of safety (M/S) adalah seperti berikut ini :
M/S =

atau

M/S =
4 Pelaksanaan Praktek
4.1 Keadaan Umum Perusahaan
4.1.1 Letak Geografis
Praktek akhir penulis laksanakan di Provinsi Bali, tepatnya di pelabuhan Benoa yang merupakan pelabuhan terbesar di provinsi ini dan dikelola oleh PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia III cabang Benoa. Letak geografis pelabuhan Benoa pada 08046’20”LS dan 115014’15”BT, dengan jarak kurang lebih 10 Km dari kota Denpasar dan kurang lebih 15 menit dari bandara udara internasional Ngurah Rai. Daerah lingkungan kerja pelabuhan Benoa dibagi menjadi daerah lingkungan kerja daratan seluas 52,5 Ha dan daerah lingkungan kerja perairan seluas 227,6 Ha juga terdapat daerah kolam pelabuhan seluas 21,97 Ha, daerah untuk fasilitas umum seluas 72,50 Ha serta daerah potensial yang belum di manfaatkan seluas 133,23 Ha. Berdasarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) PP No. 15 Tahun 1990 pelabuhan Benoa dibagi menjadi 3 zone yaitu :
1. Zone perikanan yang berada di dermaga barat untuk pelabuhan perikanan.
2. Zone perkantoran dan
3. Zone komersial berada di dermaga selatan dan dermaga timur dipergunakan untuk pelabuhan petikemas, pelabuhan bongkar muat (BBM) dan pelabuhan pariwisata.
Pelabuhan Benoa berbatasan langsung dengan Pulau Serangan disebelah timur, sebelah selatan dibatasi oleh Tanjung Benoa, sebelah barat berbatasan dengan Nusa Dua dan sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Denpasar Selatan (Sumber : PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia III cabang Benoa).
PT. Sari Segara Utama sebagai perusahaan tempat dilaksanakannya praktek akhir merupakan perusahaan swasta nasional yang memiliki usaha penangkapan dan ekspor tuna segar. Perusahaan ini berlokasi di dermaga barat yang merupakan zone perikanan di pelabuhan Benoa dengan posisi 08044’625”LS dan 115012’396”BT.
4.1.2 Dokumen Perusahaan
PT. Sari Segara Utama didirikan pada tahun 1985, berdasarkan akta notaris No. 53 tertanggal 14 Desember 1985. Perusahaan telah memiliki SIUP dengan No. 017/22-08/PB/II/1989 tertanggal 27 Februari 1989 dan Tanda Daftar Perusahaan No. 22081600117 tertanggal 2 Juni 1989. Perusahaan telah terdaftar sebagai wajib pajak pada kantor pelayanan Denpasar dengan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) 01.413.343.3-901.000.
Disamping itu PT. Sari Segara Utama juga memperoleh :
1. Surat rekomendasi dari Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali No. 570/3C/BPKMD.
2. Surat rekomendasi pemasukan kapal penangkapan ikan dari Jepang dengan No. IK-120/D3.4136/87 dari Direktorat Jenderal Perikanan.
3. Surat rekomendasi No. IK-120/D3.1906/86K, tentang Daerah Usaha Penangkapan Ikan Tuna bagi PT. Sari Segara Utama dari Direktorat Jenderal Perikanan.
4.1.3 Struktur Organisasi
Operasional PT. Sari Segara Utama dipimpin oleh seorang manager yang langsung membawahi bagian umum, bagian operasional, bagian perawatan dan perbaikan (P.P), dan bagian bengkel/mesin coldstorage. Setiap bagian juga langsung membawahi beberapa seksi. Bagan mengenai struktur organisasi PT. Sari Segara Utama dapat dilihat pada bagan struktur organisasi pada Lampiran 6.
4.1.4 Tenaga Kerja
PT. Sari Segara Utama memiliki karyawan yang dapat di kelompokkan menjadi dua yaitu karyawan darat dan karyawan laut. Karyawan darat sebanyak 60 orang yang bekerja di bagian kantor, bengkel, processing dan coldstorage, Karyawan laut yaitu para awak kapal sebanyak 227 orang. Kapal berukuran 28 - 29 GT setiap kapal diawaki oleh 11 orang dan untuk kapal yang berukuran < 28 GT 8 orang. Jumlah keseluruhan tenaga kerja di PT. Sari Segara Utama adalah sebanyak 287 orang.
4.1.5 Sarana Operasional Perusahaan
Beberapa sarana yang dimiliki oleh PT. Sari Segara Utama dalam menunjang kegiatan operasional perusahaan antara lain berupa sarana bangunan, sarana transportasi dan armada penangkapan ikan. Sarana tersebut dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Sarana operasional PT. Sari Segara Utama
No
Uraian
Volume
Jumlah
Keterangan
1
Armada kapal Rawai

28-29 GT
< 28 GT
17 5
Bahan fiberglass rainforced plastic
2
Kantor
Unit
2
Fasilitas memadai
3
Cold storage
Unit
2

4
Processing Room
Unit
1

5
Gudang
Unit
1
Perbekalan
6
Bengkel
Unit
2
Mesin dan Listrik
7
Truck crane
Unit
1

8
Kendaraan
Unit
2
Roda 4
Sumber : Pengamatan lapangan.
4.1.6 Kegiatan Perusahaan
PT. Sari Segara Utama merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang penangkapan dan ekspor tuna segar serta penyediaan jasa penyewaaan tempat processing tuna, adapun kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan ini meliputi pengoperasian kapal rawai tuna, produksi, dan kegiatan pemasaran (ekspor), mengenai urutan kegiatan perusahaan dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Pengoperasian kapal :
- Persiapan, meliputi pengawakan kapal, pembuatan dokumen/surat, dan perbekalan.
- Operasi penangkapan ikan menggunakan rawai tuna.
- Penanganan hasil tangkapan; tuna segar dan ikan beku (reject).
- Penitipan ikan tuna segar; kegiatan pemindahan ikan ke kapal yang akan kembali ke pelabuhan.
2. Kegiatan Produksi :
- Kapal sandar di dermaga pangkalan
- Pembongkaran hasil tangkapan, dengan terlebih dahulu membongkar ikan tuna segar untuk selanjutnya ikan beku (reject).
- Pengangkutan ikan tuna segar ke processing room dan ikan beku ke coldstorage.
- Pemeriksaan dan pendataan; pemisahaan tuna ekspor dengan tuna reject
3. Pemasaran (ekspor) :
- Mengundang agen pembeli pada saat processing
- Mendata ikan tuna yang terjual
- Perendaman (chilling); ikan tuna segar yang akan diekspor direndam dalam bak air es.
- Pengurusan dokumen ekspor
- Pengepakan; ikan dimasukkan ke dalam kardus yang telah dilapisi lembaran plastik dan lembaran spon dan dalam tubuh ikan dimasukan potongan es kering.
- Pengangkutan; menggunakan mobil box menuju bandara udara Ngurah Rai untuk di kirim ke Jepang.
4.2 Keadaan Umum Lokasi Praktek Akhir
4.2.1 Posisi Operasi Penangkapan
Operasi penangkapan yang dilakukan dari tanggal 26 Maret 2006 sampai dengan tanggal 19 Mei 2006, telah melakukan setting rawai tuna sebanyak 48 kali. Lama waktu setting yang diperlukan berkisar 5-6 jam dengan kecepatan kapal antara 5,8-6,4 knot. Selama operasi penangkapan, sebanyak dua kali tidak melakukan kegiatan setting rawai tuna, disebabkan karena pada tanggal 9 April 2006 berpindah lokasi daerah penangkapan dan pada tanggal 13 April 2006 terjadi badai. Rincian operasi penangkapan ini dapat dilihat pada Lampiran 1.
4.2.2 Kondisi Operasi Penangkapan
Keadaan cuaca selama dilakukan operasi penangkapan rata-rata cerah berawan (bright cloudly), di mana seringnya rawai tuna dalam keadaan kusut karena beberapa hal, diantaranya yaitu kusut pada saat setting rawai tuna, tertangkapnya beberapa jenis ikan tertentu yang membelitkan pancing rawai seperti bawal kecil dan ikan cucut. Terputusnya main line dapat disebabkan oleh kondisi main line yang rusak untuk main line jenis kuralon sedangkan pada main line jenis multifilamen rope sering disebabkan oleh adanya bagian nylon yang terputus sehingga apabila timbul tegangan karena penarikan oleh line hauler yang melebihi daya tahan main line mengakibatkan main line tersebut putus. Kondisi tekanan udara, arah angin, cuaca dan kondisi rawai tuna dapat dilihat pada Lampiran 2.
4.3 Pelaksanaan Praktek Akhir
4.3.1 Kapal Rawai Tuna
Praktek akhir dilaksanakan di KM. Sari Segara 19, di mana Alat penangkap ikan yang digunakan adalah rawai tuna, dalam pengoperasiaannya menggunakan sistem box, yang dilengkapi dengan peralatan navigasi dan perlengkapan penangkapan ikan. Operasi penangkapan dilakukan selama 56 hari. Waktu yang dibutuhkan saat setting berkisar antara 5-6 jam dan hauling sekitar 12-14 jam. Lama pelayaran untuk menuju daerah penangkapan adalah 3 hari, sehingga waktu efektif untuk melakukan operasi penangkapan ikan yaitu 50 hari.

Gambar 3. Kapal KM. Sari Segara 19.
4.3.1.1 Spesifikasi Kapal
Spesifikasi KM. Sari Segara 19 adalah sebagai berikut :
1. Kapal Penangkap Ikan :
Nama kapal : KM. Sari Segara 19
Jenis kapal : Fiberglass Rainforced Plastic (FRP)
Nama panggilan : YE 5002
Tanda selar : GT. 29 No. 828/Pd
Dibangun tahun : 1987
Nama pemilik kapal : PT. Sari Segara Utama
Pendaftaran kapal : Pd. No. 118/N
Surat laut/pas tahunan : No. 1187
Dikeluarkan oleh : Umazume Ship Yard co. Ltd. No. 305 Japan
LOA (Length Over All) : 16,13 m
B (Breath) : 4,04 m
Dp (Depth) : 1,52 m
Bentuk kapal : Flat
Kecepatan kapal : 11 Knot
Jenis kemudi : Hidrolik
Jenis propeller : fixed propeller
Jumlah daun propeller : 3 buah
Bahan propeller : kuningan
Putaran propeller : kanan


2. Mesin Induk :
Jenis motor : Diesel
Merk : Yanmar
Daya : 280 HP
RPM : 2000
3. Mesin Bantu :
Jenis motor : Diesel
Merk : Mitsubhishi
Daya : 55 HP
RPM : 1800
4. Mesin Pendingin : Mitshubishi, BCR-10M, 7,5 KW FR-22
5. Generator : Taiyo Elektric, TEW/40 KVA, Brushless
Type AC 200/220 V.

Gambar 4. Main Engine KM. Sari Segara 19.




6. Alat Navigasi :
- Gyro kompas dan auto pilot : Tokyo Keiki, SM-150
- Barometer Aneroid : Utsuki
- Thermometer Udara : Muroyama DS-1
- Course confirm : Tokimec-P460N
- Indikator Suhu Palkah : -
- Panel setting rawai tuna : Sanmei
- SSB Radio Telephone : Icom-IC.M710
- RDF : Furuno FD-270
- Weather Facimile : Furuno Fax-108
- GPS : Furuno GP-150

Gambar 5. Alat navigasi RDF.








7. Mesin-mesin deck :
- Windlass : Vertical Type, 0,5 ton, 1,5 KW.
- Line hauler : Izui Tekko 2 S-4C, 5,5 KW
- Branch ace : BRS-2, 64 KW
- Belt Conveyor : -
- Steering Gear (Remote) : Tokyo Keiki, PR-115-U-008 TC
- Coil shifter : 0,6 M, Type San mei Soji
- Line coaster : -

Gambar 6. Line hauler.

4.3.2 Awak Kapal
KM. Sari Segara 19 diawaki oleh 11 orang dengan 1 orang taruna praktek dan dalam struktur organisasi di atas kapal tidak dilengkapi oleh Serang sehingga hanya terdapat seorang Nakhoda, 2 orang perwira, 5 orang Kelasi, 2 orang Juru minyak, dan seorang koki. Rincian awak kapal disajikan pada Tabel 8.



Tabel 8. Awak Kapal KM. Sari Segara 19
No
Nama
Jabatan
Ijasah
1
Supriyadi
Nakhoda
ANKAPIN II
2
Budi Cahayanto
KKM
SKK 60 Mil
3
I Nyoman Sudiarsana
Mualim
SMA
4
Karjani
Juru minyak I
STM
5
Kadek Supriyoto
Juru minyak II
STM
6
Nuryono
Koki
SMA
7
I Wayan Suanda
Kelasi
SMP
8
Sukamto
Kelasi
STM
9
Suparman
Kelasi
SMA
10
Suhermanto
Kelasi
STM
11
Siswantoro
Kelasi
SMA
12
I Made Kastaria D.
Praktek
-

4.3.3 Peralatan Penangkapan
Perlengkapan penangkapan yang digunakan dalam operasi penangkapan dikelompokan menjadi dua yaitu peralatan yang digunakan dalam kegiatan setting dan peralatan dalam kegiatan hauling. Fungsi peralatan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Peralatan setting :
- Meja setting yang berfungsi sebagai tempat untuk meletakkan branch line dan pada meja ini terdapat kotak umpan sebagai tempat menampung umpan yang akan dipakai.
- Pisau yang berguna untuk memotong tali pengikat kardus umpan dan juga dapat dipergunakan untuk memotong branch line yang tersangkut pada saat setting.
2. Peralatan hauling :
- Side roller yang dipergunakan untuk menghindarkan gesekan main line dengan dinding kapal.
- Ganco sebagai alat untuk mengangkat ikan hasil tangkapan
- Cakram dipergunakan untuk mengangkat ikan yang berukuran besar
- Tali sambung untuk menyambung branch line apabila ada hasil tangkapan
- Sangket dipakai untuk mengangkat ikan hasil tangkapan yang berukuran besar
- Search light untuk mencari posisi dari pada pelampung tanda
- Pisau, dipergunakan untuk penanganan hasil tangkapan.
- Sikat nylon untuk membersihkan ikan dalam proses penanganan hasil tangkapan.
4.3.4 Daerah Penangkapan Ikan
KM. Sari Segara 19 dioperasikan di perairan Samudera Hindia sebelah selatan Pulau Jawa. Penentuan daerah penangkapan memanfaatkan hasil analisa satelit yang diterima oleh alat navigasi weather faxcimile yang memberikan informasi mengenai keadaan cuaca pada suatu daerah disamping pengalaman dari nakhoda itu sendiri. Kondisi cuaca pada saat dilakukan setting rawai umumnya cerah berawan dengan tekanan udara berkisar antara 1006-1012 mbar. Daerah penangkapan pada saat dilakukan praktek antara 13032’005”LS-15052’295”LS dan antara 109040,6’BT-111007,5’BT (Gambar 1). Pada saat dilakukan operasi penangkapan banyak diperoleh hasil tangkapan berupa ikan tuna jenis mata besar, madidihang dan albakor.
4.3.5 Rawai Tuna
Alat penangkap ikan yang dipergunakan yaitu rawai tuna dengan sistem box dengan bagian-bagian utama yaitu main line yang berbahan kuralon dan multifilamen rope, branch line secara garis besarnya terbuat dari bahan kuralon, nylon (senar), dan wire, pelampung terbuat dari bahan plastik dan radio buoy. Konstruksi rawai tuna dapat dilihat pada Lampiran 14.
Gambar 7. Branch line.
Tabel 9. Bahan dan ukuran rawai tuna
No
Nama
Bahan
Diameter (mm)
Panjang (m)
1
Main line
Kuralon dan Mansen multifilamen rope
6,5
32 (antar pancing)
2
Snap
Kawat Baja
-
0,12
3
Branch line
Kuralon
4
12
4
Senar Besar
Nylon
3
18
5
Senar Kecil
Nylon
1,5
3
6
Swivel
Besi stainless
11
0,065
7
Wire Leader
Kawat stainless
1
0,5
8
Lock Type
Aluminium
10 / 5 / 3
0,018 / 0,018 / 0,01
9
BraidedTube
Anyaman polyester
2
0,1
10
Plastic Tube
Plastik
2
0,1
11
Aimata (luminous)
Plastik
9
0,011
12
Hook No. 5
Baja stainless
4
0,045
13
Buoy line
Kuralon
6,5
19
14
Pelampung
Plastik
300
-
15
Radio buoy
-
550
3
Sumber : KM. Sari Segara 19

4.3.6 Operasi Penangkapan Ikan
Operasi penangkapan ikan dengan rawai tuna secara umum terbagi dalam empat tahapan yaitu tahap persiapan, setting, drifting dan hauling. Operasi penangkapan ikan dilakukan setelah 3 hari perjalanan menuju daerah penangkapan, namun sebelum dilakukannya operasi penangkapan terlebih dahulu dilakukan beberapa persiapan-persiapan yang dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu persiapan di darat dan persiapan di laut.
4.3.6.1 Tahap Persiapan
1. Persiapan di darat :
- Pengisian bahan bakar (solar) sebanyak 20.046 liter, di mana untuk mendapat solar tersebut harus mengantri solar selama kurang lebih 1 bulan dan pengisiannya dilakukan sebanyak lima kali, ditambah dengan sisa solar pada trip sebelumnya masih ada. Untuk pengisian minyak pelumas sebanyak 210 liter dilakukan hanya dalam satu hari karena perusahaan mempunyai stok minyak pelumas.
- Pembuatan tali cabang (branch line) dilakukan diantara selang waktu dalam mengantri solar tersebut.
- Pemeriksaan dan perawatan mesin-mesin bantu penangkapan
- Pengisian perbekalan makanan, air tawar, dan terutama pengisian umpan sebanyak 350 dozen terdiri dari 50 dozen umpan berupa ikan layang dan 300 dozen umpan berupa ikan lemuru, dengan berat setiap dozennya yaitu 10 kg. Perbekalan lainnya yang juga dipersiapkan yaitu perbekalan untuk keperluan deck dan mesin serta rawai tuna.
- Pengurusan dokumen atau surat yang diperlukan selama operasi penangkapan, di mana dalam hal ini dilakukan oleh pegawai kantor.
2. Persiapan di laut :
- Pemasangan meja setting di buritan kapal.
- Pencampuran air tawar dengan air laut untuk media pendinginan ikan di dalam palkah.
- Pengeluaran branch line dari gudang rawai tuna untuk ditata di buritan dan satu basket ditata di atas meja setting.
- Pesiapan perlengkapan operasi penangkapan.
4.3.6.1.1 Kelompok Kerja
Selama pelayaran menuju daerah penangkapan atau sebelum kegiatan operasi penangkapan dilaksanakan terlebih dahulu ABK dibagi oleh Nakhoda ke dalam 2 kelompok yang setiap kelompok terdiri dari 4 orang dan sisanya tidak masuk ke dalam kelompok-kelompok tersebut yaitu Koki, KKM dan Nakhoda itu sendiri, di mana dalam hal ini awak kapal berjumlah 11 orang.
Setiap kelompok secara bergantian melakukan kegiatan setting. Kegiatan hauling dilakukan secara bersama oleh semua ABK, tetapi diawali oleh kelompok yang akan mendapat giliran setting berikutnya, untuk selanjutnya diselesaikan oleh kelompok setting hari tersebut.
Juru masak setelah selesai melaksanakan tugas utamanya, ikut membantu kegiatan setting dan hauling. Kegiatan hauling hanya diikuti sampai dengan setengah dari jumlah keseluruhan pelampung naik ke atas kapal dan selanjutnya dapat beristirahat sampai kegiatan setting berikutnya dimulai lagi.
KKM selain bertanggung jawab atas pengoperasian mesin kapal juga tidak ikut dalam kegiatan setting tetapi mengikuti kegiatan hauling sampai kelompok setting berikutnya selesai melakukan kegiatan hauling, maka KKM juga selesai mengikuti kegiatan hauling tersebut untuk selanjutnya KKM mengambil alih dalam mengemudikan kapal sampai kegiatan hauling selesai, kemudian KKM dapat beristirahat.
4.3.6.2 Setting
Setting adalah suatu proses perendaman rawai dengan tujuan agar umpan yang telah dipasang pada rawai dimakan oleh ikan yang menjadi tujuan penangkapan. Kegiatan setting dilakukan oleh 4 orang, di mana setelah semua komponen alat penangkapan ikan telah ditata letaknya diburitan kapal dengan susunan tempatnya yaitu basket branch line di bagian kiri buritan dan sebagian telah di letakkan di atas meja setting. Basket tali pelampung berada di sebelah basket branch line dan radio buoy dideretkan di dinding kapal pada bagian kanan buritan sedangkan pelampung berada di dalam box pelampung. Tata letak rawai tuna ini dikerjakan oleh kelompok hauling terakhir yang dilakukan selama proses hauling. Pengeluaran pelampung dari boxnya dan penyiapan umpan di atas meja setting dilakukan oleh kelompok yang melakukan kegiatan setting.
Pembagian kerja dalam kegiatan setting adalah sebagai berikut :
· 1 orang pemasang umpan sekaligus pelempar pancing
· 1 orang penaruh umpan dalam meja umpan dan mengatur branch line di atas meja setting.
· 1 orang penyambung tali pelampung dengan pelampung sekaligus melempar pelampung, dan
· 1 orang penyambung branch line dan tali pelampung pada main line yang keluar melalui line coaster
Proses kegiatan setting dapat dilakukan setelah pelampung dikeluarkan dari box penyimpanannya dan umpan telah dipersiapkan dalam meja umpan serta mainline telah dipasang pada line coaster. Main line dimasukkan ke dalam pipa-pipa main line untuk ditarik keluar dari box main line. Radio buoy diturunkan setelah diikat dengan dua buah pelampung dan tali pelampungnya disambungkan pada mainline pada line coaster. Line coaster dijalankan bersamaan dengan pengoperasian panel setting di bridge. Alat ini berfungsi sebagai pemberi tanda setting, berupa tanda suara selama selang waktu 8 detik. Setiap tanda menyatakan waktu pemasangan pelampung, snap branch line, dan radio buoy yang telah dipasangi lampu.
Prosedur operasi dimulai dari memasang pancing atau tali pelampung pada mainline oleh pemasang snap dan pada saat pemasangan branch line harus dilakukan setelah branch line di area ke laut yang terlebih dahulu dipasang umpan pada mata pancingnya oleh pelempar branch line, begitu seterusnya sampai 18 branch line terpasang baru kemudian di pasang pelampung. Setiap 40 pelampung dipasang 1 buah radio buoy dan untuk pemasangan radio buoy yang terakhir dilengkapi dengan lampu tanda.
Gambar 8. Setting rawai tuna.

Pertukaran posisi kerja dalam kegiatan setting terjadi setelah 2 basket branch line habis di setting, di mana untuk setiap basketnya berisi antara 216-234 branch line. Umpan yang dipergunakan untuk setiap kali setting antara 9-12 dozen, tergantung pada kondisi umpan tersebut, kalau umpan dalam kondisi baik diperlukan 9 dozen umpan sedangkan kalau kondisi umpan buruk (pipih) dipergunakan sebanyak 12 dozen umpan, karena umpan yang pipih tidak dipakai dan dibuang. Untuk kegiatan setting itu sendiri memerlukan waktu antara 5-6 jam tergantung pada ada tidaknya masalah pada saat setting seperti main line yang kusut dan line coaster rusak.
4.3.6.3 Drifting
Drifting adalah perendaman rawai tuna di dalam derah penangkapan dengan tujuan umpan yang telah dipasang dapat dimakan oleh ikan yang menjadi tujuan penangkapan. Setelah kegiatan setting dilaksanakan kemudian kelompok yang melakukan setting tersebut beristirahat sedangkan kelompok yang terakhir melakukan hauling dibangunkan untuk melakukan aktivitas selama drifting. Adapun beberapa aktivitas selama drifting yaitu perbaikan rawai tuna yang kusut maupun penggantian komponen rawai yang rusak atau putus, juga dilakukan beberapa kegiatan seperti pemindahan solar dari palkah solar ke tanki bahan bakar, mencampur air tawar dengan air laut dalam palkah sebagai media pendingin ikan tuna (fresh tuna), dan penitipan ikan tuna segar pada kapal yang akan kembali ke pelabuhan pangkalan. KM. Sari Segara 19 sebanyak tiga kali melakukan penitipan ikan yaitu pada KM. Sari Segara 04, KM. Sari Segara 02 dan pada KM. Sari Segara 26. dalam penitipan ini, ikan-ikan yang dititipkan diberi tanda dengan mengikat ekornya menggunakan tali plastik berwarna dan dicatat jumlahnya. Untuk drifting itu sendiri dilakukan selama ± 4 jam.
4.3.6.4 Hauling
Hauling adalah suatu proses penarikan rawai tuna dari dalam perairan ke atas kapal. Kegiatan hauling rawai tuna dilakukan setelah semua ABK menempati posisinya masing-masing sesuai dengan pembagian kerja yang terdiri dari :
· 1 orang penangkap snap yang juga mengatur kecepatan line hauler menggunakan handle remnya.
· 1 orang meggulung branch line menggunakan branch ace.
· 1 orang penyusun branch line di dalam basket dan juga melepas pelampung dari talinya.
· 1 orang melayani conveyor untuk mengawasi main line dan mengendalikan handle gas coil shifter serta meggulung tali pelampung.
· 1 orang melayani box untuk mengatur susunan main line di dalam box
· 1 orang yang mengemudikan kapal
ABK yang belum mendapat giliran kerja menunggu sambil memperbaiki branch line yang kusut, mengangkat pelampung ke dalam box pelampung, membawa basket branch line yang sudah penuh untuk disusun di buritan, menyambung main line yang rusak/putus dan melakukan penanganan hasil tangkapan jika ada ikan yang tertangkap.
Penangkap snap yang pertama bekerja (istilah kapal : manggung) adalah dari kelompok hauling sebelumnya begitu juga untuk pelayan conveyor karena kelompok ini yang akan melakukan setting berikutnya, penggulung branch line yaitu KKM, penyusun branch line, pelayan box, dan juru mudi kapal dari kelompok setting karena kelompok ini yang akan menyelesaikan kegiatan hauling rawai tuna. Selanjutnya pergantian posisi diisi oleh anggota kelompok hauling sebelumnya sampai semua mendapatkan giliran untuk menyelesaikan pekerjaan di semua posisi tersebut, setelah itu digantikan oleh anggota dari kelompok yang melakukan setting pada hari tersebut.
Pergantian petugas penangkap snap (perorang) dilakukan setiap 15 pelampung, untuk pergantian penggulung branch line setiap 14 pelampung, dan pergantian untuk penyusun branch line setiap 13 pelampung. Pelayan conveyor langsung diganti oleh penangkap snap yang selesai menangkap snap sedangkan untuk pergantian juru mudi kapal dan pelayan box dilakukan setelah semua anggota kelompok hauling sebelumnya selesai menangkap snap atau sisa dari pelampung yang belum terangkat sebanyak 30 pelampung.
Gambar 9. Hauling rawai tuna.

Proses hauling dimulai dari pengangkatan radio buoy yang terakhir disetting selanjutnya penarikan main line menggunakan line hauler. Haluan kapal dipertahankan membentuk sudut lancip terhadap arah main line. Pelepasan snap dari main line dilakukan satu persatu secara berurutan. Penggulungan branch line menggunakan branch ace dengan cara yaitu setelah snap dilepas dari main line selanjutnya dimasukkan ke dalam branch ace dan digulung dengan arah berlawanan arah jarum jam. Selesai penggulungan, branch line dilepas untuk kemudian diikat dan disusun di dalam basket. Branch line kusut diserahkan kepada ABK lainya yang menunggu giliran kerja, sedangkan main line di atas conveyor diawasi apabila ada yang rusak atau kusut segera dibereskan kemudian disambung kembali selanjutnya disusun di dalam box dengan menggunakan coil shifter. Main line di dalam box harus selalu dipadatkan selama proses hauling untuk menghindari keadaan box penuh sebelum hauling selesai maka dilakukan pemadatan main line di dalam box dengan jalan menginjak-injak main line tersebut.
Ada tidaknya hasil tangkapan yang diperoleh dapat dilihat dari ketegangan branch line, apabila branch line tegang segera disambung menggunakan tali penyambung yang telah tersedia. Selanjutnya ditarik tangan dengan hati-hati agar ikan tidak lepas. Setelah ikan kelihatan dekat dengan kapal segera diganco untuk diangkat ke atas kapal untuk selanjutnya dilakukan penanganan sesuai dengan kelompok ikannya.
4.3.7 Hasil Tangkapan
Jenis-jenis ikan yang tertangkap diatas kapal digolongkan menjadi tiga yaitu golongan ikan segar (fresh fish) yang merupakan produk utama dari kegiatan perikanan, golongan ikan beku (reject) yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Serta golongan ikan hasil sampingan yang dibuang sedangkan dalam pemasaran, pengelompokannya ditambah dengan golongan ikan fresh reject.
Hasil tangkapan dominan selama operasi penangkapan ikan yaitu mata besar (BE) dengan jumlah 261 ekor, madidihang (YF) 128 ekor dan Meka 17 ekor, ketiga jenis ikan ini merupakan produk ekspor sedangkan untuk albakor (AL) 91 ekor dan ikan jenis lainnya 264 ekor. Selama operasi penangkapan, jumlah pancing yang dipergunakan berkisar antara 1.788-1.986 mata pancing, di mana jumlah pancing yang disetting dihitung secara otomatis oleh panel setting. Jumlah pancing dan hasil tangkapan dapat dilihat pada Lampiran 3.
Tabel 10. Hasil tangkapan yang dominan.
No
Jenis
Jumlah
1
Mata besar (T. Obesus)
261
2
Madidihang (T. Albacares)
128
3
Meka (Xiphias Gladius)
17
4
Albakor (T. Alalunga)
91
5
Jenis lainnya
264


Madidihang (T. Albacares) Mata besar (T. Obesus)
Gambar 10. Ikan hasil tangkapan
4.3.8 Penanganan Hasil Tangkapan
Penanganan hasil tangkapan adalah suatu proses penanganan untuk mempertahankan mutu ikan. Hasil tangkapan yang berupa ikan tuna selain dari jenis albakor dalam penanganannya dilakukan dengan cara pembunuhan apabila ikan masih dalam kondisi hidup dengan menusukkan spike kedalam kepala ikan diantara kedua matanya kemudian kedua insang dipotong begitu juga perutnya untuk selanjutnya ditarik keluar. Setelah itu rongga insang tersebut disikat sambil disiram air laut menggunakan selang melalui rongga perut ikan sampai tidak ada bekas lendir atau darah yang tersisa. Kemudian mulut ikan diikat dengan menggunakan senar kecil yang tidak dipakai lagi dengan jalan melubangi mulut ikan tersebut, hal ini dilakukan agar tidak menggores tubuh ikan yang lainnya pada saat penyimpanan di dalam palkah.
Setelah kegiatan tersebut kemudian ikan dibungkus dengan menggunakan kantong plastik untuk selanjutnya di masukkan kedalam palkah yang telah berisi air dingin dengan suhu -1,0 sampai -1,4 0C. Untuk penanganan ikan meka selain proses di atas juga dilakukan pemotongan kepala dan semua sirip ikan tersebut.
Gambar 11. Proses penanganan ikan hasil tangkapan.

Golongan ikan reject tidak memerlukan penanganan seperti di atas, di mana ikan yang di dapat langsung dimasukkan ke dalam palkah beku, terkecuali untuk ikan cucut dan marlin dilakukan pemotongan kepala dan siripnya serta pengeluaran isi perut untuk selanjutnya dimasukkan ke dalam palkah beku.








5 Hasil dan Pembahasan
5.1 Kelayakan Teknis
5.1.1 Fasilitas Kapal
KM. Sari Segara 19 memiliki fasilitas perlengkapan navigasi, mesin-mesin kapal, dan perlengkapan penangkapan ikan dalam kondisi yang baik, dengan kondisi fasilitas tersebut, maka kegiatan penangkapan ikan dapat berjalan lancar, sehingga secara teknis operasi penangkapan ikan tuna dengan menggunakan rawai tuna layak untuk dilanjutkan.
Tabel 11. Kondisi fasilitas kapal KM. Sari Segara 19
No
Fasilitas
Jumlah (unit)
Kondisi
1
Gyro kompas dan auto pilot
1
Baik
2
Barometer aneroid
1
Baik
3
Termometer udara
1
Baik
4
Course confirm
1
Baik
5
Indikator suhu palkah
1
Baik
6
Panel setting
1
Baik
7
SSB Radio telephone
1
Baik
8
RDF
1
Baik
9
Weather faxcimile
1
Baik
10
GPS
1
Baik
11
Mesin Induk
1
Baik
12
Mesin bantu
1
Baik
13
Mesin pendingin
1
Baik
14
Generator
1
Baik
15
Windlas
1
Baik
16
Line hauler
1
Baik
17
Branch ace
1
Baik
18
Belt conveyor
1
Baik
19
Steering gear
1
Baik
20
Coil shifter
1
Baik
21
Line coaster
1
Baik

5.1.2 Sistem Pengoperasian Rawai Tuna
Rawai tuna yang dioperasikan menggunakan sistem box. Sistem ini memudahkan dan mempercepat pengoperasian rawai tersebut. Kelemahan dalam pengoperasian rawai dengan sistem ini yaitu branch line sering kusut disebabkan branch line bergeser posisinya dari posisi pemasangan semula pada saat setting, hal ini terjadi karena snap kondisinya longgar, disamping itu juga karena pengaruh main line jenis multifilament rope yang licin. Kondisi ini akan mengurangi peluang untuk memperoleh hasil tangkapan. Main line putus disebabkan tidak seimbangnya kecepatan penarikan line hauler terhadap daya tahan main line.
5.1.3 Umpan
Umpan yang digunakan dalam operasi penangkapan ada dua jenis yaitu ikan lemuru (Sardinella Longiceps) dan ikan layang (Decapterus sp.), kondisi umpan tersebut baik, Umpan lemuru dengan kondisi tidak pipih atau terpotong tetapi tetap utuh. Umpan secara fisik memiliki daya tarik bagi pemangsanya. Kondisi umpan dapat memperbesar peluang tertangkapnya ikan target operasi penangkapan.
5.1.4 Daerah Penangkapan
Daerah penangkapan ikan ditentukan berdasarkan pengalaman nakhoda dan menggunakan hasil analisa satelit yang diterima oleh weather faxcimile yang memberikan keterangan secara rinci mengenai analisa kondisi suatu perairan baik kekuatan dan arah arus serta kondisi cuaca pada daerah tersebut. Pemanfaatan hasil analisa alat tersebut membantu dalam meningkatkan jumlah ikan hasil tangkapan dan perjalanan menuju daerah penangkapan yaitu selama 3 hari.
5.1.5 Awak Kapal
Awak kapal dalam operasi penangkapan ikan memiliki pengalaman dan keterampilan yang cukup baik sehinga memperlancar proses operasi penangkapan ikan. Penguasaan perlengkapan navigasi di atas kapal cukup baik. Proses penanganan ikan hasil tangkapan di atas kapal untuk mempertahankan mutu ikan berjalan dengan baik. Mutu ikan dipertahankan maka nilai jual ikan tersebut semakin tinggi.
Dalam kegiatan operasi penangkapan ikan ditemui beberapa kekurangan seperti kegiatan persiapan di darat, 1 dozen ikan umpan dibawa pulang oleh setiap awak kapal dan dalam pengoperasian rawai tuna, dilakukan penambahan 2 coil main line jenis multifilament rope, sedangkan ada sisa main line jenis kuralon yang tidak terpakai di dalam box main line. Dengan asumsi ini maka semestinya biaya operasi penangkapan ikan dapat di kurangi, sehingga nilai pendapatan yang diperoleh dapat meningkat.
5.2 Kelayakan Non Teknis
5.2.1 Investasi
Modal operasional yang harus dimiliki dalam suatu usaha penangkapan ikan yaitu kapal beserta perlengkapannya dan alat penangkapan ikan. Kapal dan rawai tuna tersebut dalam hal ini mempunyai suatu harga dan nilai ekonomis tertentu. Adapun investasi PT. Sari Segara Utama pada KM. Sari Segara 19 berupa kapal dan alat penangkapan rawai tuna. Rincian mengenai nilai investasi pada Tabel 12.


Tabel 12. Investasi pada KM. Sari Segara 19
No
Jenis
Unit/ coil
Harga
Nilai
Umur ekonomis
A
Kapal
1
Rp.1.005.000.000
Rp. 1.005.000.000
18 tahun
B
Rawai tuna :
1


4 tahun
1
Main line :





- Kuralon
- Multifilamen rope
72
@ Rp. 1.500.000
Rp. 108.000.000


48
@ Rp. 1.200.000
Rp. 57.600.000

2
Branch line
2016
@ Rp. 50. 000
Rp. 100.800.000

3
Radio buoy
5
@ Rp. 4.000.000
Rp. 20.000.000


Jumlah investasi
Rp. 1.291.400.000


5.2.2 Produksi
Trip tanggal 26 Maret - 19 Mei 2006 menghasilkan produksi ikan seberat 5.874 Kg. Ikan-ikan tersebut dikelompokkan menjadi tiga produk yaitu produk fresh (ekspor) seberat 648 Kg, produk fresh reject seberat 1.227 Kg, dan produk reject seberat 3.999 Kg dengan jumlah 91 ekor ikan albakor dan 264 ekor ikan jenis lainnya, di mana untuk semua kelompok produk tersebut dibagi lagi kedalam tiga kelas berdasarkan berat ikan yaitu ikan dengan ukuran 30 UP untuk ikan dengan berat lebih dari 30 Kg, ikan dengan ukuran 20/29 yaitu ikan yang memiliki berat 20-29 Kg dan ikan dengan ukuran 19 Down untuk ikan dengan berat di bawah 19 Kg. Untuk ikan yang menjadi produk fresh (ekspor) dan fresh reject dengan berat keseluruhan yaitu 1.875 Kg yang terdiri dari 53 ekor ikan tuna mata besar (BE), 13 ekor ikan tuna madidihang (YF) dan 2 ekor ikan meka dikenai biaya pemasaran, sedangkan untuk produk reject tidak dikenai biaya pemasaran karena produk ini dijual dipasar lokal. Rincian berat ikan sesuai dengan kelompoknya dapat dilihat pada Tabel 13.



Tabel 13. Produksi ikan trip tanggal 26 Maret - 19 Mei 2006
No
Jenis ikan
Size
Berat (Kg)
Keterangan
A
Produk fresh (ekspor)
1
BE fresh
30 Up
374
Dikenai biaya pemasaran.
2
YF fresh
30 Up
42
3
BE fresh
20/29
232
B
Produk fresh reject
4
Tuna
20/29
580
Dikenai biaya pemasaran.
5
Tuna
19 Down
347
6
Meka
30 Up
286
7
Meka
30 Down
14
C
Produk reject

8
Albakor

1819
Tidak ada biaya pemasaran
9
Marlin kecil
30 Down
42
10
Marlin
30 Up
432
11
Layaran

36
12
Terang bulan

299
13
Setan
Potong
17
14
Setan
Utuh
622
15
Setan duri

19
16
Cucut

525
17
Bengkiwa

154
18
Bawal

34
Sumber : PT. Sari Segara Utama.
Produksi ikan yang dititipkan pada KM. Sari Segara 04 pada tanggal 8 April 2006 seberat 213 Kg yang terdiri dari 6 ekor ikan tuna mata besar (BE), 13 ekor ikan tuna madidihang (YF) dan 2 ekor ikan meka. Produk ikan fresh (ekspor) seberat 152 Kg, produk ikan fresh reject seberat 52 Kg dan untuk produk reject seberat 9 Kg maka produk ikan yang dikenai biaya pemasaran seberat 204 Kg. Ikan yang dititipkan pada KM. Sari Segara 02 pada tanggal 27 April 2006 terdiri dari ikan tuna mata besar (BE) sebanyak 137 ekor, ikan tuna madidihang (YF) sebanyak 71 ekor dan ikan meka sebanyak 9 ekor. Ikan-ikan tersebut memiliki berat 2.688 Kg. Produk ikan fresh (ekspor) dengan berat 1.181 Kg, produk ikan fresh reject 1.498 Kg dan produk ikan reject 9 Kg. Produk ikan yang dikenai biaya pemasaran 2.679 Kg. Berat keseluruhan ikan yang dititipkan pada KM. Sari Segara 26 pada tanggal 6 Mei 2006 yaitu 1.585 Kg yang terbagi menjadi produk ikan fresh (ekspor) seberat 799 Kg, produk ikan fresh reject seberat 719 Kg dan produk ikan reject dengan berat 67 Kg. Ikan yang dikenai biaya pemasaran 1.518 Kg. Jumlah ikan tuna mata besar (BE) yang dititipkan yaitu 60 ekor, ikan tuna madidihang sebanyak 17 ekor dan ikan meka sebanyak 4 ekor. Rincian mengenai produksi ikan yang dititipkan dapat dilihat pada Lampiran 4.
5.2.3 Pemasaran
Produk ikan fresh (ekspor) dan ikan fresh reject dijual sesuai dengan kurs US dolar per Kg berat ikan di mana nilai tukarnya disesuaikan dengan kurs US dolar pada hari dilakukannya penjualan produk tersebut, kurs US$ 1 yaitu Rp. 9.225 untuk tanggal 21 Mei 2006. Harga ikan dapat dibagi berdasarkan sizenya, ikan dengan size 30 Up yaitu antara 4-6 US dolar, size 20/29 yaitu 2-3 US dolar dan size 19 Down berharga di bawah 2 US dolar serta ikan reject dijual berdasarkan nilai mata uang rupiah. Harga ikan untuk hasil trip tanggal 26 Maret - 19 Mei 2006 dapat dilihat pada Tabel 14.












Tabel 14. Harga per Kg ikan produksi trip tanggal 26 Maret - 19 Mei 2006
No
Jenis ikan
Size
Harga per Kg
1
BE fresh
30 Up
US. $ 5,25
2
YF fresh
30 Up
US. $ 4,25
3
BE fresh
20/29
US. $ 3,10
4
Tuna
20/29
US. $ 2,70
5
Tuna
19 Down
US. $ 1,50
6
Meka
30 Up
US. $ 3,30
7
Meka
30 Down
US. $ 1,90
8
Albakor

Rp. 20.000
9
Marlin
30 Down
Rp. 9.500
10
Marlin
30 Up
Rp. 12.000
11
Layaran

Rp. 6.500
12
Terang bulan

Rp. 3.000
13
Setan
Potong
Rp. 3.500
14
Setan
Utuh
Rp. 5.000
15
Setan duri

Rp. 3.000
16
Cucut

Rp. 4.000
17
Bengkiwa

Rp. 5.500
18
Bawal

Rp. 4.500
Sumber : PT. Sari Segara Utama (Keterangan : Kurs US$ 1 = Rp 9.225).
Ikan yang dititipkan pada KM. Sari Segara 04 dibongkar pada tanggal 13 April 2006 dengan nilai kurs US$ 1 yaitu Rp. 8.955 pada tanggal tersebut. Pada tanggal 30 April 2006 ikan hasil tangkapan yang dititipkan pada KM. Sari Segara 02 dibongkar, di mana nilai tukar rupiah terhadap US dolar pada hari tersebut yaitu US$ 1 sama dengan Rp. 8.175, sedangkan ikan yang dititipkan pada KM. Sari Segara 26 yang dibongkar pada tanggal 9 Mei 2006. Pada tanggal tersebut nilai kurs US$ 1 yaitu Rp. 8.690. Rincian mengenai harga per Kg ikan dan nilainya dapat dilihat pada Lampiran 4.
5.2.4 Total Hasil
Ikan hasil tangkapan yang dibongkar pada tanggal 21 Mei 2006 secara keseluruhan berharga Rp. 104.014.973, yang terdiri dari ikan produk fresh (ekspor) seharga Rp. 26.394.570, ikan yang merupakan produk fresh reject berharga Rp. 28.199.903 dan ikan produk reject dihargai Rp. 49.420.500. Rincian data hasil dari kegiatan bongkar ikan pada Tabel 15.
Tabel 15. Hasil trip tanggal 26 Maret - 19 Mei 2006
No
Jenis ikan
Size
Berat (Kg)
Harga per Kg
Nilai
A
Produk fresh (ekspor)
1
BE fresh
30 Up
374
US. $ 5,25
Rp. 18.113.288
2
YF fresh
30 Up
42
US. $ 4,25
Rp. 1.646.663
3
BE fresh
20/29
232
US. $ 3,10
Rp. 6.634.620

Jumlah ( A ) Rp. 26.394.570
B
Produk fresh reject
4
Tuna
20/29
580
US. $ 2,70
Rp. 14.446.350
5
Tuna
19 Down
347
US. $ 1,50
Rp. 4.801.613
6
Meka
30 Up
286
US. $ 3,30
Rp. 8.706.555
7
Meka
30 Down
14
US. $ 1,90
Rp. 245.385

Jumlah ( B ) Rp. 28.199.903
C
Produk reject
8
Albakor

1819
Rp. 20.000
Rp. 36.380.000
9
Marlin
30 Down
42
Rp. 9.500
Rp. 399.000
10
Marlin
30 Up
432
Rp. 12.000
Rp. 5.184.000
11
Layaran

36
Rp. 6.500
Rp. 234.000
12
Terang bulan

299
Rp. 3.000
Rp. 897.000
13
Setan
Potong
17
Rp. 3.500
Rp. 59.500
14
Setan
Utuh
622
Rp. 5.000
Rp. 3.110.000
15
Setan duri

19
Rp. 3.000
Rp. 57.000
16
Cucut

525
Rp. 4.000
Rp. 2.100.000
17
Bengkiwa

154
Rp. 5.500
Rp. 847.000
18
Bawal

34
Rp. 4.500
Rp. 153.000

Jumlah ( C ) Rp. 49.420.500

Total hasil ( A+B+C ) Rp. 104.014.973
Sumber : PT. Sari Segara Utama (Keterangan : Kurs US$ 1 = Rp 9.225).
Total hasil dari penjualan ikan yang dititipkan pada KM. Sari Segara 04 yaitu Rp. 5.927.204 dengan rincian yaitu harga ikan produk fresh (ekspor) Rp. 4.924.802, ikan produk fresh reject bernilai Rp. 934.902 dan nilai dari ikan yang menjadi produk reject yaitu Rp. 67.500. Hasil bongkar ikan yang dititipkan pada KM. Sari Segara 02 bernilai Rp. 65.887.973, di mana untuk produk fresh (ekspor) bernilai Rp. 35.351.090, produk fresh reject berharga Rp. 30.469.383 serta untuk ikan yang menjadi produk reject bernilai Rp. 67.500. Penjualan ikan hasil tangkapan KM. Sari Segara 19 yang dititipkan pada KM. Sari Segara 26 secara keseluruhan bernilai Rp. 42.526.471 dengan rincian yaitu untuk ikan produk fresh (ekspor) dengan harga Rp. 28.048.713, untuk ikan yang merupakan produk fresh reject harganya yaitu Rp. 13.975.258 dan produk reject bernilai Rp. 502.500. Rincian mengenai total hasil yang dititipkan dapat dilhat pada Lampiran 4.
Total hasil secara keseluruhan dari ikan yang dibongkar sendiri atau tidak dititipkan dan ikan yang dititipkan yaitu Rp. 218.356.62, di mana hasil produksi sendiri sebesar Rp. 104.014.973 dan untuk ikan yang dititipkan mempunyai harga sebesar Rp. 114.341.648. Rincian total hasil pada Tabel 16.
Tabel 16. Total hasil
No
Hasil
Produksi (Kg)
Nilai
1
Trip operasi
5.874

Rp. 104.014.973
2
Titip pada KM. Sari Segara 04
213
Rp. 5.927.204
-
3
Titip pada KM. Sari Segara 26
2.688
Rp. 65.887.973
-
4
Titip pada KM. Sari Segara 02
1.585
Rp. 42.526.471
-
5
Jumlah titipan

Rp. 114.341.648
Rp. 114.341.648
6
Total hasil
10.360
-
Rp. 218.356.621
7
Rata-rata harga ikan


Rp. 21.076,89
Sumber : PT. Sari Segara Utama.
5.2.5 Biaya
5.2.5.1 Biaya Operasional
Operasi penangkapan memerlukan beberapa bahan yang harus dipenuhi diantaranya yaitu umpan, solar, minyak pelumas, komponen cadangan untuk rawai tuna, bahan-bahan untuk deck dan mesin, air tawar, bahan makanan, dan material lainnya seperti gas elpiji, dan plastik pembungkus ikan. Untuk memenuhi keperluan bahan-bahan tersebut diperlukan biaya, di mana dalam hal ini biaya tersebut merupakan biaya operasional. Secara keseluruhan jumlah biaya operasional yang dikeluarkan perusahaan untuk membiayai operasi penangkapan pada trip tanggal 26 Maret - 19 Mei 2006 yaitu sebesar Rp. 136.868.700. Rincian biaya operasional pada Tabel 17.
Tabel 17. Biaya operasi trip tanggal 26 Maret - 19 Mei 2006
No
Jenis
Satuan
Harga per satuan
Jumlah
1
Umpan Layang
50 Dozen
Rp. 110.000
Rp. 5.500.000
2
Umpan Lemuru
300 Dozen
Rp. 55.000
Rp. 16.500.000
3
Umpan Via KM. Sari Segara 16
50 Dozen
Rp. 55.000
Rp. 2.750.000
4
Umpan Via KM. Sari Segara 05
30 Dozen
Rp. 15.000
Rp. 450.000
5
Solar
20.046 Lt
Rp. 4.360
Rp. 87.400.560
6
Solar Via KM. Sari Segara 26
1200 Lt
Rp. 4.360
Rp. 5.232.000
7
Oli Meditran S 40
210 Lt
Rp. 10.500
Rp. 2.205.000
8
Minyak clavus S 32
30 Lt
Rp. 10.000
Rp. 300.000
9
D/E supply
-
Rp. 4.245.500
Rp. 4.245.500
10
Fishing gear
-
Rp. 4.761.140
Rp. 4.761.140
11
Air tawar
-
Rp. 165.000
Rp. 165.000
12
Elpiji
7 tabung
Rp. 51.000
Rp. 357.000
13
Plastik
32 Kg
Rp. 14.000
Rp. 448.000
14
Bahan makanan
-
Rp. 6.554.500
Rp. 6.554.500

Jumlah
Rp.136.868.700
Sumber : PT. Sari Segara Utama.
5.2.5.2 Biaya Pemasaran
Ikan hasil tangkapan yang telah terjual dikenai biaya pemasaran oleh perusahaan khusus untuk produk ekspor dan produk fresh reject, di mana besarnya biaya pemasaran yaitu Rp. 800 per Kg berat ikan. Besarnya biaya pemasaran untuk produksi ikan yang tidak dititip oleh KM. Sari Segara 19 yaitu Rp. 1.500.000 dan biaya pemasaran untuk ikan yang dititipkan sebesar Rp. 3.520.800, sehingga secara keseluruhan biaya pemasaran menjadi Rp. 5.020.800. Rincian biaya pemasaran pada Tabel 18.

Tabel 18. Biaya pemasaran KM. Sari Segara 19
No
Biaya pemasaran
Berat (Kg)
Biaya per Kg
Nilai
1
KM. Sari Segara 19
1875
Rp. 800

Rp. 1.500.000
2
Dari KM. Sari Segara 04
204
Rp. 800
Rp. 163.200

3
Dari KM. Sari Segara 02
2679
Rp. 800
Rp. 2.143.200

4
Dari KM. Sari Segara 26
1518
Rp. 800
Rp. 1.214.400


Biaya titip


Rp. 3.520.800
Rp. 3.520.800

Jumlah



Rp. 5.020.800
Sumber : PT. Sari Segara Utama.
5.2.5.3 Biaya Tenaga Kerja
Imbalan atas kerja awak kapal selama operasi penangkapan ikan yaitu gaji yang sama yang dihitung per bulan dan premi dari hasil penjualan ikan sedangkan untuk nakhoda juga memperoleh tambahan gaji yang dihitung sebagai biaya lain-lain. Gaji awak kapal selama operasi penangkapan ikan yang telah dilaksanakan yaitu Rp. 10.145.000, premi yang didapat Rp. 11.909.978, biaya lain-lain Rp. 2.977.495. Rincian biaya tenaga kerja pada Tabel 20.
Perhitungan premi yang diperoleh oleh awak KM. Sari Segara 19 untuk trip operasi penangkapan tanggal 26 Maret - 19 Mei 2006 yaitu :
16 % x Rp. 5.000.000 = Rp. 800.000
21 % x Rp. 5.000.000 = Rp. 1.050.000
26 % x Rp. 5.000.000 = Rp. 1.300.000
27 % x Rp. 43.472.121 = Rp. 11.737.473 +
Jumlah (pendapatan kapal) = Rp. 14.887.473
Biaya lain-lain = Rp. 2.977.495 -
Premi = Rp. 11.909.978
Nilai Rp. 43.472.121 diperoleh dari pengurangan nilai surplus kapal dengan jumlah nilai pengali persentase pada premi sebelumnya.
Tabel 19. Biaya tenaga kerja KM. Sari Segara 19
No
Jenis
Nilai
Keterangan
1
Gaji
Rp. 10.145.000
Untuk 11 orang selama 2 bulan
2
Biaya lain-lain
Rp. 2.977.495
Tambahan gaji untuk nakhoda
3
Premi
Rp. 11.909.978
Berdasarkan surplus setiap tripnya

Jumlah
Rp. 25.032.473

Sumber : PT. Sari Segara Utama.
5.2.5.4 Biaya Penyusutan
Biaya penyusutan merupakan biaya yang oleh beberapa faktor yaitu lamanya suatu obyek tersebut dapat dipergunakan atau umur ekonomis obyek tersebut serta nilai perolehan dan nilai sisa dari obyek tersebut. Kapal KM. Sari Segara 19 nilai perolehannya sebesar Rp. 1.005.000.000 dan nilai sisa diperhitungkan sebesar 25 % dari nilai perolehannya, di mana umur ekonomis kapal tersebut yaitu 18 tahun. 1 unit rawai tuna nilai perolehannya Rp. 286.400.000, nilai sisanya 25 % dari nilai perolehan rawai tersebut, umur ekonomis 4 tahun dan dalam 1 tahun terdapat 5 trip operasi penangkapan ikan. Penyusutan pada kapal dan rawai tuna dapat dihitung sebagai berikut :
Penyusutan = (Harga Perolehan – Nilai Sisa) : Umur Ekonomis
1. Penyusutan kapal
= (Rp. 1.005.000.000 – ( Rp. 1.005.000.000 x 25 % )) : 18
= (Rp. 1.005.000.000 – Rp. 251.250.000 ) : 18
= Rp. 753.750.000 : 18
= Rp. 41.875.000 per tahun
= Rp. 41.875.000 : 5
= Rp 8.375.000 per trip.

2. Penyusutan rawai tuna
= (Rp. 286.400.000 – ( Rp. 286.400.000 x 25 %)) : 4
= (Rp. 286.400.000 – Rp. 71.600.000) : 4
= Rp. 214.800.000 : 4
= Rp. 53.700.000 per tahun
= Rp. 53.700.000 : 5
= Rp. 10.740.000 per trip.
Berdasarkan perhitungan penyusutan, diperoleh besarnya biaya penyusutan kapal dan rawai tuna yaitu Rp. 19.115.000 per trip operasi penangkapan ikan.
5.2.5.5 Total Biaya
Trip tanggal 26 Maret - 19 Mei 2006 mengeluarkan biaya keseluruhan Rp. 193.886.973, dengan rincian biaya tetap Rp. 37.110.000, dalam biaya ini terdapat biaya perawatan, dock dan overhead yang tetap dikeluarkan per trip dan untuk biaya variabel Rp. 156.776.973. Rincian data tersebut pada Tabel 20.
Tabel 20. Biaya trip tanggal 26 Maret - 19 Mei 2006
No.
Jenis
Jumlah
A
Biaya tetap
1
Gaji
Rp. 10.145.000
2
Biaya dokumen
Rp. 500.000
3
Biaya perawatan
Rp. 1.500.000
4
Dock dan Overhead
Rp. 5.850.000
5
Penyusutan
Rp. 19.115.000

Jumlah (A)
Rp. 37.110.000
B
Biaya variabel
1
Biaya operasi
Rp. 136.868.700
2
Biaya pemasaran
Rp. 5.020.800
3
Biaya lain-lain
Rp. 2.977.495
4
Premi
Rp. 11. 909.978

Jumlah (B)
Rp. 156.776.973

Total biaya (A+B)
Rp. 193.886.973
5.2.6 Perhitungan Laba Rugi
Tabel 21 menjelaskan mengenai komponen biaya yang mempengaruhi besarnya laba usaha. Data ini dikeluarkan oleh PT. Sari Segara Utama dalam pengoperasian KM. Sari Segara 19 tanggal 26 Maret - 19 Mei 2006, di mana dalam data perhitungan hasil usaha tersebut tidak terdapat pungutan-pungutan dan pajak sehingga diperoleh laba usaha sebelum pajak.
Tabel 21. Perhitungan laba rugi KM. Sari Segara 19.
No
Jenis
Biaya Tetap
Biaya Variabel
Jumlah
1
Total Hasil
Rp 218,356,621
2
Biaya Eksploitasi :


Biaya Operasi
Rp136,868,700


Biaya Pemasaran
Rp 5,020,800


Biaya Dokumen
Rp 500,000



Biaya Perawatan
Rp 1,500,000



Biaya Gaji/Honor
Rp 10,145,000



Biaya Dock dan Overhead
Rp 5,850,000



Total Biaya Eksploitasi
(Rp 159,884,500)

Surplus
Rp 58,472,121
3
Premi :


Premi Awak Kapal
Rp 11,909,978


Biaya Lain-lain
Rp 2,977,495


Total Premi
(Rp 14,887,473)

Laba Usaha
Rp 43,584,648
4
Penyusutan
Rp 19,115,000

(Rp 19,115,000)

Laba usaha
Rp 24,469,648

Pendapatan PT. Sari Segara Utama dari pengoperasian KM. Sari Segara 19 sebelum diperhitungkan besarnya premi awak kapal, biaya lain-lain dan penyusutan yaitu Rp. 58.472.121, di mana nilai ini merupakan nilai surplus kapal yang dalam perhitungan premi awak kapal dikurangi sebesar Rp. 15.000.000. Pada perhitungan laba rugi tersebut di atas diperoleh laba usaha setelah penyusutan sebesar Rp. 24.469.648.
5.2.7 Perhitungan Titik Impas
Nilai titik impas ditentukan menggunakan beberapa rumus dalam satuan berat (Kg) dan nilai mata uang (Rp). Dalam hal ini untuk rata-rata harga jual ikan yaitu Rp. 21.076,89 dan biaya variabel per Kg yaitu Rp. 17.042,77, sehingga besarnya contribution margin yaitu Rp. 4.034,12 yang diperoleh dari hasil pengurangan antara harga jual ikan dengan biaya variable, dengan rasio contribution margin yaitu 19 % yang diperoleh dari hasil pembagian antara contribution margin dengan harga jual ikan, sehingga perhitungan titik impas ditentukan sebagai berikut :
BEP (Kg) = atau
=
=
= 9.199,03 Kg
BEP (Rp) = atau
=
=
=
= Rp. 193.886.973
Keterangan :
FC : Fixed cost (biaya tetap)
P : Harga rata-rata per Kg
V : Biaya variabel per Kg
Berdasarkan perhitungan diperoleh besarnya titik impas pada trip tanggal 26 Maret - 19 Mei 2006 yaitu 9.199,03 Kg untuk jumlah produksinya dan Rp. 193.889.973 untuk jumlah pendapatannya. Titik impas tersebut dapat ditunjukkan dengan menggunakan grafik titik impas yang menghubungkan antara besarnya produksi dengan besarnya nilai biaya dan total hasil.
(Rp.37.110.000)
(Rp.156.776.973)
(Rp 193.886.973)
(Rp.218.356.621)
Gambar 12. Grafik Titik Impas







5.2.8 Perhitungan Margin of Safety
Perhitungan margin of safety memerlukan beberapa informasi/data pendukung antara lain total hasil sebesar Rp. 218.356.621, dan rata-rata harga jual per Kg ikan Rp. 21.076,89, serta nilai BEP Rp. 193.886.973, sehingga untuk perhitungan margin of safety (M/S) sebagai berikut :
M/S =
M/S =
M/S =
M/S = 0.11206
M/S = 11,206%
Margin of safety untuk selanjutnya dapat dinyatakan dalam jumlah ikan yang terjual baik dalam satuan Kg maupun nilai mata uang (Rp), untuk margin of safety (dalam Rp) diperoleh dari hasil perkalian antara total hasil dengan nilai margin of safety, sedangkan untuk margin of safety (dalam Kg) diperoleh dari hasil pembagian antara nilai margin of safety (dalam Rp) dengan harga rata-rata per Kg ikan, untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut ini :
M/S (dalam Rp) =
M/S (dalam Rp) = Rp. 24.469.648
M/S (dalam Kg) =
M/S (dalam Kg) = 1.160,97 Kg.
Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh tingkat keamanan (margin of safety) pada trip tanggal 26 Maret - 19 Mei 2006 dengan persentase sebesar 11,206% yang dapat dinyatakan dengan nilai sebesar Rp. 24.469.648 atau dengan nilai produksi sebesar 1.160,97 Kg. Hal ini berarti total hasil boleh berkurang sampai 11,206%, karena setelah berkurang dengan persentase tersebut maka total hasil berada pada titik impas. Apabila total hasil berkurang lebih dari persentase tersebut maka usaha penangkapan ikan tersebut mengalami kerugian.












6 Kesimpulan dan Saran
6.1 Kesimpulan
1. Dari sisi teknis usaha penangkapan ikan dengan menggunakan rawai tuna dianggap layak, berdasarkan kondisi fasilitas kapal yang baik, sistem pengoperasian rawai tuna dengan sistem box, umpan yang dipergunakan dari jenis ikan lemuru dan ikan layang dalam kondisi baik, penentuan daerah penangkapan berdasarkan hasil analisa satelit yang diterima oleh weather faxcimile dan awak kapal yang berpengalaman.
2. Usaha penangkapan ikan tuna pasca kenaikan harga BBM (solar) dengan menggunakan KM. Sari Segara 19 secara ekonomis layak untuk dilanjutkan, dalam pengoperasiannya tanggal 26 Maret - 19 Mei 2006 mendapatkan total hasil Rp. 218.356.621 dengan produksi ikan 10.360 Kg, nilai impas yang diperoleh Rp. 193.886.973 atau produksi impas 9.199,03 Kg, laba usaha perusahaan Rp. 24.469.648 dan Persentase margin of safety sebesar 11,206%.
6.2 Saran
Perbaikan rawai terutama pada snap diperlukan untuk mencegah kekusutan karena pergeseran posisi branch line pada main line, sehingga peluang mendapatkan ikan hasil tangkapan dapat meningkat yang berarti peningkatan pendapatan dari produksi ikan.




DAFTAR PUSTAKA




Ardidja, S., 2004. Metode Penangkapan Ikan. Sekolah Tinggi Perikanan, Jakarta.

Arifin, johar dan Fauzi, akhmad, 1999. Aplikasi Excel Dalam Aspek Finansial Studi Kelayakan. PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.

Ayodhyoa, A.U., 1981. Metode Penangkapan Ikan. Yayasan Dewi Sri. Bogor.

Baskoro, M.S. et al., 2004. Migrasi dan Distribusi Ikan. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakulatas Perikanan dan Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Beverly, S., Chapman, L., dan Sokimi, W., 2003. Horizontal Longline Fishing Methods And Techniques. Multiprees, Noumea, New Caledonia.

Demersal, Juni 2005. Revitalisasi Perikanan. PUSINFOYANMAS, DKP, Jakarta.

Direktorat Bina Produksi, 1999. Petunjuk Teknis Pengenalan Alat Bantu Penangkapan Pada Kapal Tuna LongLine. Direktorat Jendral Perikanan, Departemen Pertanian.

Direktorat Kelembagaan Internasional, 2004. Ensiklopedi Perikanan (Inggris-Indonesia). Direktorat Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Pemasaran, Departemen Kelautan dan Perikanan.

DKP Dalam Angka 2005, 2005. PUSINFOYANMAS, DKP, Jakarta.

Hanafiah, A.M. dan Saefuddin, A.M., 1989. Tata Niaga Hasil Perikanan. UI-Press, Jakarta.

Mulyono, Sri, 1996. Matematika Ekonomi., FEUI, Jakarta.

Mulyanto, R.B. dan Syahasta, D.G., 2004. Petunjuk Teknis Identifikasi Sarana Perikanan Tangkap : Kapal Perikanan (Fishing Vessel). BPPI, Semarang.

Murniyati dan Sunarman, 2000. Pendinginan Pembekuan dan Pengawetan Ikan. Penerbit Kanisius, Jakarta.
Riyanto, Bambang, 1991. Dasar-dasar Pembelajaran Perusahaan. Yayasan Badan Penerbit Gadjah Mada, Yogyakarta.

Sedana Merta, I Gede, et al, 2004. Musim Penangkapan Ikan di Indonesia. Balai Riset Perikanan Laut, DKP, Jakarta

Subani,W. dan Barus, H.R.,1989. Alat Penangkapan Ikan Dan Udang Laut Di Indonesia. Balai Pelatihan Perikanan Laut, Departemen Pertanian, Jakarta.

Sularsono, Aji, 2005. DKP M INTA HARGA BBM KAPAL IKAN TIDAK DINAIKAN. http://www.dkp.go.id

Suryana, 2003. Kewirausahaan Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju Sukses. Salemba Empat, Jakarta.

Syarif, Baithur dan Mulyadi, Eris, 2004. Petunjuk Teknis Identifikasi Sarana Perikanan Tangkap : Rawai Tuna (Tuna Longline). BPPI, Semarang.

Usemahu A.R. dan Tomasila L.A., 2003. Teknik Penangkapan Ikan. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Perikanan, Ambon.





Lampiran 1. Posisi setting dan hauling
No.set
Tanggal
Setting
Hauling
Waktu set.
Kec.(Kt)
Hal.(0)
Lintang
Bujur
Lintang
Bujur
1
29-3-2006
13055’804 S
109054’241 E
13054’623 S
109049’251 E
07.47-12.20
6,2
255
2
30-3-2006
13043’576 S
110001’922 E
13040’654 S
110006’842 E
08.15- 13.10
6,0
355
3
31-3-2006
13047’300 S
109051’900 E
13048,5’ S
109053’627 E
08.00-13.10
6,1
230
4
1-4-2006
13044’606 S
109005’117 E
13041,2’ S
109004’672 E
07.10-12.50
5,6
86
5
2-4-2006
14011’203 S
109050’100 E
13011’544 S
109049’128 E
11.27-16.40
6,3
145
6
3-4-2006
14011,8' S
109040’36 E
130125’64 S
109041’81 E
10.59-16.14
6,2
230
7
4-4-2006
13036’985 S
110027’723 E
13036’04 S
110028’641 E
07.20-13.10
6,1
132
8
5-4-2006
13032’36 S
110017’240 E
13033,4’ S
110017’865 E
05.49-11.03
6,1
135
9
6-4-2006
13032’420 S
110017’36 E
13032’809 S
110018’12 E
06.02-11.15
6,2
90
10
7-4-2006
13032’005 S
110049’541 E
13032’94 S
110049’869 E
12.54-17.40
6,3
95
11
8-4-2006
13033’425 S
110059’42 E
13052’054 S
110058’861 E
12.00-17.15
6,0
39
12
9-4-2006
-
-

-
-
-
-
13
10-4-2006
15047’525S
110047’413 E
15049’004 S
110047’259 E
05.45-10.59
6,0
220
14
11-4-2006
15052’295 S
110056’00 E
15052’863 S
110057’316 E
07.46-12.50
5,8
110
15
12-4-2006
15031’120 S
111007’30 E
15032’814 S
111006’154 E
07.04-12.18
6,1
320
16
13-4-2006
-
-

-
-
-
-
17
14-4-2006
15030’540 S
111005’06 E
15031’48 S
111005’892 E
06.40-12.09
6,2
190
18
15-4-2006
15032’004 S
111004’00 E
15031’728 S
111004’986 E
07.00-12.56
6,1
145
19
16-4-2006
15035’54 S
111001’36 E
15034’76 S
111002’021 E
07.51-13.14
6,0
140
20
17-4-2006
15036’30 S
111000’120 E
15036’973 S
111001’618 E
07.50-13.21
6,3
200
21
18-4-2006
15037’01 S
110059’125 E
15038’604 S
110059’78 E
07.49-13.14
6,4
180
23
19-4-2006
15037,4’ S
111000,2’ E
15038’514 S
111001’581 E
07.58-13.27
6,1
100
24
20-4-2006
15037,5’ S

111000’15 E
15038’524 S
110059’295 E
08.01-13.24
6,0
300
25
21-4-2006
15037,3’ S
110059,1’ E
15038’271 S
110058’46 E
08.30-13.55
6,2
345
26
22-4-2006
15037,4’ S
110057’00 E
15036,8’ S
110058’487 E
08.52-14.18
6,1
169
27
23-4-2006
15037’693 S
110059’634 E
15038’462 S
111000’61 E
07.30-12.58
6,2
175
28
24-4-2006
15036,3’S
110054,4’ E
15037,2’ S
110054,9’ E
08.20-14.10
6,1
225
29
25-4-2006
15036,2’ S
110056,1’ E
15036,8’ S
110057’57 E
08.32-13.55
6,2
200
30
26-4-2006
15038’111 S
110058’026 E
15039’37 S
110059’04 E
09.25-14.50
6,0
220
31
27-4-2006
15039’030 S
110044’009 E
15040’00 S
110045’08 E
08.50-14.14
5,9
230
.
Lampiran 1. Lanjutan

No.set
Tanggal
Setting
Hauling
Waktu set.
Kec.(Kt)
Hal.(0)


Lintang
Bujur
Lintang
Bujur



32
28-4-2006
15037,9’ S
110045’00 E
15038’35 S
110044’486 E
08.49-14.03
6,0
315
33
29-4-2006
15036’871 S
110040’029 E
15037’74 S
110039’67 E
09.00-15.25
6,0
330
34
30-4-2006
15037,1’ S
110036,1’ E
15038,05’ S
110035,6’ E
10.30-15.57
6,1
350
35
1-5-2006
15037,4’ S
110033,5’ E
15036,8’ S
110034,3’ E
10.34-15.51
6,3
60
36
2-5-2006
15036,6’ S
110035,2’ E
15035,9’ S
110036,1’ E
11.10-16.20
6,0
46
37
3-5-2006
15021,0’ S
110035,9’ E
15021,7’ S
110036,3’ E
11.30-16.32
6,2
90
38
4-5-2006
15015,4’ S
110036,1’ E
15015,9’ S
110034,8’ E
10.21-15.38
6,2
315
39
5-5-2006
15005,6’ S
110036,5’ E
15006,6’ S
110035,1’ E
10.29-16.01
6,1
305
40
6-5-2006
15002,2’ S
110035,2’ E
15003’623 S
110034’724 E
10.08-16.23
6,3
330
41
7-5-2006
15001,1’ S
110034,1’ E
15003,3’ S
110032,06’ E
11.15-16.20
6,2
320
42
8-5-2006
15000,9’ S
110035,7’ E
14058,9’ S
110034,8’ E
08.40-14.07
6,3
35
43
9-5-2006
15000,8’ S
110036,9’ E
14059,7’ S
110035,3’ E
08.20-13.15
6,2
10
44
10-5-2006
14059,9’ S
110041,6’ E
15025,8’ S
110039,8’ E
08.15-13.30
6,2
340
45
11-5-2006
14028,8’ S
110043,5’ E
14030,2’ S
110042,8’ E
12.00-17.00
6,1
360
46
12-5-2006
14012,6’ S
110045,1’ E
14013,3’ S
110044,8’ E
12.10-17.15
6,1
330
47
13-5-2006
14011,3’ S
110046,0’ E
14010,9’ S
110047,4’ E
10.11-16.40
6,2
65
48
14-5-2006
14007,9’ S
110053,0’ E
14008,6’ S
110051,8’ E
10.37-15.38
6,2
350
49
15-5-2006
14005,2’ S
110059,6’ E
14004,7’ S
111003,1’ E
09.12-14.31
6,1
43
50
16-5-2006
14010,4’ S
110046,9’ E
14009,7’ S
110048,3’ E
08.56-13.43
6,2
50
Lampiran 2. Keadaan cuaca dan kondisi rawai tuna
No. Set.
Tekanan Udara (mbar)
Arah Angin
Cuaca
Kondisi rawai tuna
Keterangan
1
1009
ESE
BC
-

2
1008
NNW
BC
Kusut, 2 kali putus

3
1008
SW
BC
Kusut

4
1008
SE
BC
Kusut

5
1006
SW
BC
4 kali putus

6
1010
SSW
C
Kusut, 3 kali putus

7
1007
WSW
C
-

8
1010
SW
BC
Kusut, 5 kali putus

9
1011
ESE
BC
Kusut, sekali putus

10
1015
W
BC
Kusut, 3 kali putus

11
1009
W
BC
Kusut
Titip ikan pada KM. S S 04
12
1010
N
BC
-
Tidak setting
13
1010
NNE
BC
4 kali putus

14
1010
NW
BC
-

15
1011
SE
BC
Kusut, sekali putus

16
1008
E
DC
-
Tidak setting
17
1012
ESE
BC
Kusut, 5 kali putus

18
1010
SSE
BC
Kusut, 2 kali putus

19
1011
SE
BC
-

20
1007
SSE
BC
-

21
1010
SSE
BC
-

22
1006
SE
BC
-

23
1009
SSE
BC
6 kali putus

24
1007
SE
BC
Kusut, 2 kali putus

25
1010
SW
BC
Kusut

26
1011
ESE
BC
Kusut

27
1011
N
BC
Kusut

28
1012
SE
BC
Kusut, 3 kali putus

29
1012
NNW
BC
2 kali putus

30
1011
N
BC
1 kali putus

31
1011
SSE
BC
Kusut
Titip ikan pada KM. S S 02
32
1012
S
C
Kusut

33
1010
SW
BC
4 kali putus

34
1011
SSW
BC
Kusut

35
1011
NNE
BC
Kusut

36
1012
NE
BC
Kusut

37
1012
NE
BC
Kusut

38
1012
ESE
BC
Kusut

39
1009
ESE
BC
Kusut, 5 kali putus

40
1011
SE
BC
Kusut, 2 kali putus
Titip ikan pada KM. S S 26
41
1012
SSE
BC
Kusut, 3 kali putus

42
1011
ESE
BC
Kusut, 3 kali putus

43
1012
SSW
BC
Kusut, 1 kali putus

44
1011
ESE
BC
-

45
1010
ESE
BC
-

46
1010
SE
BC
-

47
1011
NE
BC
Kusut, 2 kali putus

48
1010
ESE
BC
Kusut

49
1012
NNE
BC
Kusut, 4 kali putus

50
1011
NE
BC
Kusut


Lampiran 3. Jumlah pancing dan hasil tangkapan
No.
Set.
Jumlah pancing
Hasil
Keterangan
BE
YF
AL
Meka
Lainnya
1
1836
-
-
1
-
1

2
1854
-
3
-
-
1

3
1944
-
1
1
-
-

4
1870
-
-
1
1
-

5
1888
2
1
-
-
3

6
1862
1
3
-
1
4

7
1818
1
3
-
-
3

8
1962
1
1
-
-
-

9
1926
1
1
-
-
-

10
1934
2
1
1
-
6
Titip ikan pada KM. SS 04
12
-
-
-
-
-
-
Tidak setting
13
1863
3

4
-
2

14
1948
6
4
4
-
1

15
1853
5
3
3
-
4

16
-
-
-
-
-
-
Tidak setting
17
1840
1
8
1
5
13

18
1857
4
2
6
-
3

19
1836
10
10
4
-
5

20
1796
11
-
-
-
3

21
1788
3
4
3
-
3

22
1946
10
10
4
-
9

23
1874
4
5
9
-
10

24
1864
21
2
4
-
6

25
1896
18
1
2
-
2

26
1943
13
6
3
1
2

27
1968
3
3
2
2
2

28
1884
6
3
1
-
6

29
1962
3
-
2
-
4

30
1898
14
9
1
1
5

31
1986
24
6
1
1
3
Titip ikan pada KM. SS 02
32
1968
13
5
4

2

35
1876
2
-
2
-
3

36
1885
-
2
10
-
3

37
1854
6
4
3
-
2

38
1846
3
2
1
2
20

39
1883
5
3
-
-
15

40
1985
7
4
1
-
9
Titip ikan pada KM. SS 26
41
1978
14
6
-
-
14

42
1984
5
-
-
1
4

43
1934
5
3
2
-
15

44
1942
6
3
1
-
13

45
1948
4
-
-
-
14

46
1968
7
-
2
-
10

47
1848
7
1
1
-
2

48
1862
3
-
2
1
6

49
1859
2
-
-
-
3

50
1876
-
-
-
-
7




Lampiran 4. Nilai produksi ikan yang dititipkan

Sumber : PT. Sari Segara Utama.
No
Jenis ikan
Size
Harga/Kg
Titip
Keterangan
KM. Sari Segara 04
(US$ 1 = Rp 8.955)
KM. Sari Segara 02
(US$ 1 = Rp 8.715)
KM. Sari Segara 26
(US$ 1 = Rp 8.690)
Berat (Kg)
Nilai
Berat (Kg)
Nilai
Berat (Kg)
Nilai
A
Produk ekspor








Dikenai biaya pemasaran.
1
BE fresh
30 Up
US. $ 5,25


239
Rp 10,935,146
393
Rp 17,929,643
2
YF fresh
30 Up
US. $ 4,25
85
Rp 3,234,994
196
Rp 7,259,595
79
Rp 2,917,668
3
BE/YF fresh
20/29
US. $ 3,10
48
Rp 1,332,504
402
Rp 10,860,633
142
Rp 3,825,338
4
BE/YF fresh
19 Down
US. $ 2,10
19
Rp 357,305
344
Rp 6,295,716
185
Rp 3,376,065
B
Produk fresh reject








Dikenai biaya pemasaran.
5
Tuna
30 UP
US. $ 2,70


502
Rp 11,812,311
44
Rp 1,032,372
6
Tuna
20/29
US. $ 2,70
22
Rp 531,927
222
Rp 5,223,771
42
Rp 985,446
7
Tuna
19 Down
US. $ 1,50
30
Rp 402,975
558
Rp 7,294,455
359
Rp 4,679,565
8
Meka
30 UP
US. $ 3,50


44
Rp 1,342,110
37
Rp 1,125,355
9
Meka
20/29
US. $ 3,20


172
Rp 4,796,736
201
Rp 5,589,408
10
Meka
19 Down
US. $ 1,80




36
Rp 563,112
C
Produk reject








Tidak ada biaya pemasaran
11
Tuna kecil

Rp. 7.500
9
Rp 67,500
9
Rp 67,500
67
Rp 502,500

Jumlah


213
Rp 5,927,205
2688
Rp 65,887,973
1585
Rp 42,526,472

Lampiran 5. Surat Ijin Usaha Perikanan



MANAGER
KABAG. UMUM
KABAG. OPERASI
KABAG. P.P
KABAG. BENGKEL
1. Kasie. Keuangan/Akuntansi
2. Kasie. Personalia
3. KasieAdministrasi/Clearence

1. Kasie. Armada
2. Kasie. Procesing/cold
3. Kasie. Logistik
4. Kasie. Produksi

1. Kasie. Kelistrikan
2. Kasie. Radio/satelit
3. Kasie. Gudang/spare part

1. Kasie. Bengkel
2. Kasie. Mesin Coldstorage

DIREKTUR UTAMA
Sumber : PT. Sari Segara Utama Lampiran 6. Bagan Struktur organisasi PT. Sari Segara Utama.


Lampiran 7. Surat Laik Operasional












Lampiran 8. Sertifikat Kelaikan dan Pengawakan Kapal Penangkap Ikan



Lampiran 9. Pas Tahunan KM. Sari Segara 19




Lampiran 10. Surat Izin Penangkapan Ikan KM. Sari Segara 19




Lampiran 11. Surat Izin Berlayar KM. Sari Segara 19










Lampiran 12. Daftar Nama ABK KM. Sari Segara 19



Lampiran 13. General Arrangement KM. Sari Segara 19
skala 1 : 158





Lampiran 14. Konstruksi Branch line

DAFTAR ISI




Halaman
KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... viii
1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................... 1
1.2 Maksud dan Tujuan.................................................................................... 4
1.2.1 Maksud ....................................................................................... 4
1.2.2 Tujuan ....................................................................................... 4
1.3 Batasan Masalah......................................................................................... 5
1.4 Manfaat...................................................................................................... 5

2 TINJAUAN PUSTAKA 6
2.1 Kapal Rawai Tuna...................................................................................... 6
2.1.1 Perlengkapan Penangkapan............................................................. 8
2.2 Daerah Penangkapan.................................................................................. 9
2.3 Rawai Tuna.............................................................................................. 11
2.4 Pengoperasian Rawai Tuna....................................................................... 12
2.4.1 Setting ..................................................................................... 12
2.4.2 Drifting ..................................................................................... 13
2.4.3 Hauling ..................................................................................... 13
2.5 Faktor Keberhasilan Dalam Pengoperasian Rawai Tuna............................. 14
2.6 Hasil Tangkapan....................................................................................... 16
2.7 Penanganan Hasil Tangkapan.................................................................... 17
2.8 Analisis Kelayakan Usaha......................................................................... 18
2.8.1 Titik Impas................................................................................... 19
2.8.2 Margin Of Safety......................................................................... 20

3 METODOLOGI 21
3.1 Waktu dan Lokasi Praktek Akhir.............................................................. 21
3.1.1 Waktu ..................................................................................... 21
3.1.2 Lokasi ..................................................................................... 21
3.2 Alat dan Bahan......................................................................................... 23
3.3 Metode Pengumpulan Data....................................................................... 24
3.3.1 Data Primer.................................................................................. 24
3.3.2 Data Sekunder.............................................................................. 24
3.4 Metode Analisa Data................................................................................ 24
3.4.1 Analisis Titik Impas....................................................................... 25
3.4.2 Analisa Margin Of Safety............................................................ 28

4 PELAKSANAAN PRAKTEK 29
4.1 Keadaan Umum Perusahaan..................................................................... 29
4.1.1 Letak Geografis............................................................................ 29
4.1.2 Dokumen Perusahaan................................................................... 30
4.1.3 Struktur Organisasi....................................................................... 30
4.1.4 Tenaga Kerja................................................................................ 31
4.1.5 Sarana Operasional Perusahaan.................................................... 31
4.1.6 Kegiatan Perusahaan..................................................................... 32
4.2 Keadaan Umum Lokasi Praktek Akhir...................................................... 33
4.2.1 Posisi Operasi Penangkapan......................................................... 33
4.2.2 Kondisi Operasi Penangkapan...................................................... 33
4.3 Pelaksanaan Praktek Akhir....................................................................... 34
4.3.1 Kapal Rawai Tuna........................................................................ 34
4.3.2 Awak Kapal................................................................................. 38
4.3.3 Peralatan Penangkapan................................................................. 39
4.3.4 Daerah Penangkapan Ikan............................................................ 40
4.3.5 Rawai Tuna.................................................................................. 40
4.3.6 Operasi Penangkapan Ikan........................................................... 41
4.3.6.1 Tahap Persiapan........................................................... 42
4.3.6.2 Setting.......................................................................... 44
4.3.6.3 Drifting......................................................................... 46
4.3.6.4 Hauling......................................................................... 47
4.3.7 Hasil Tangkapan........................................................................... 49
4.3.8 Penanganan Hasil Tangkapan........................................................ 51

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 53
5.1 Kelayakan Teknis..................................................................................... 53
5.1.1 Fasilitas Kapal.............................................................................. 53
5.1.2 Sistem Pengoperasian Rawai Tuna................................................ 54
5.1.3 Umpan ..................................................................................... 54
5.1.4 Daerah Penangkapan.................................................................... 54
5.1.5 Awak Kapal................................................................................. 55
5.2 Kelayakan Non Teknis............................................................................. 55
5.2.1 Investasi ..................................................................................... 55
5.2.2 Produksi ..................................................................................... 56
5.2.3 Pemasaran.................................................................................... 58
5.2.4 Total Hasil.................................................................................... 59
5.2.5 Biaya ..................................................................................... 61
5.2.5.1 Biaya Operasional........................................................ 61
5.2.5.2 Biaya Pemasaran.......................................................... 62
5.2.5.3 Biaya Tenaga Kerja...................................................... 63
5.2.5.4 Biaya Penyusutan......................................................... 64
5.2.5.5 Total Biaya................................................................... 65
5.2.6 Perhitungan Laba Rugi.................................................................. 66
5.2.7 Perhitungan Titik Impas................................................................. 67
5.2.8 Perhitungan Margin of Safety....................................................... 69

6 KESIMPULAN DAN SARAN 71
6.1 Kesimpulan............................................................................................... 71
6.2 Saran........................................................................................................ 71

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP


DAFTAR TABEL
Tabel Halaman

1. Jenis dan fungsi alat bantu penangkapan................................................................ 9
2. Parameter daerah penangkapan yang sesuai spesies target penangkapan............. 10
3. Musim penangkapan tuna di perairan Samudera Hindia....................................... 11
4. Jenis tuna dan daerah penangkapannya............................................................... 17
5. Jadwal kegiatan praktek akhir............................................................................ 22
6. Jenis dan fungsi peralatan Praktek...................................................................... 23
7. Sarana operasional PT. Sari Segara Utama......................................................... 31
8. Awak Kapal KM. Sari Segara 19...................................................................... 39
9. Bahan dan ukuran rawai tuna.............................................................................. 41
10. Hasil tangkapan yang dominan............................................................................ 50
11. Kondisi fasilitas kapal KM. Sari Segara 19......................................................... 53
12. Investasi pada KM. Sari Segara 19.................................................................... 56
13. Produksi ikan trip tanggal 26 Maret - 19 Mei 2006............................................ 57
14. Harga per Kg ikan produksi trip tanggal 26 Maret - 19 Mei 2006....................... 59
15. Hasil trip tanggal 26 Maret - 19 Mei 2006.......................................................... 60
16. Total hasil.......................................................................................................... 61
17. Biaya operasi trip tanggal 26 Maret - 19 Mei 2006............................................. 62
18. Biaya pemasaran KM. Sari Segara 19................................................................ 63
19. Biaya tenaga kerja KM. Sari Segara 19............................................................. 64
20. Biaya trip tanggal 26 Maret - 19 Mei 2006......................................................... 65
21. Perhitungan laba rugi KM. Sari Segara 19.......................................................... 66







DAFTAR GAMBAR




Gambar Halaman
1. Lokasi praktek akhir.......................................................................................... 23
2 . Grafik titik impas................................................................................................ 27
3. Kapal KM. Sari Segara 19................................................................................ 34
4. Main Engine KM. Sari Segara 19..................................................................... 36
5. Alat navigasi RDF.............................................................................................. 37
6. Line hauler ...................................................................................................... 38
7. Branch line ...................................................................................................... 41
8. Setting rawai tuna .............................................................................................. 45
9. Hauling rawai tuna ............................................................................................. 48
10. Ikan hasil tangkapan........................................................................................... 50
11. Proses penanganan ikan hasil tangkapan............................................................. 52
12. Grafik Titik Impas.............................................................................................. 68













DAFTAR LAMPIRAN




Lampiran Halaman
1. Posisi setting dan hauling.................................................................................... 74
2. Keadaan cuaca dan kondisi rawai tuna............................................................... 76
3. Jumlah pancing dan hasil tangkapan.................................................................... 77
4. Nilai produksi ikan yang dititipkan...................................................................... 78
5. Surat Ijin Usaha Perikanan................................................................................. 79
6. Bagan Struktur organisasi PT. Sari Segara Utama............................................... 80
7. Surat Laik Operasional...................................................................................... 81
8. Sertifikat Kelaikan dan Pengawakan Kapal Penangkap Ikan............................... 82
9. Pas Tahunan KM. Sari Segara 19...................................................................... 83
10. Surat Izin Penangkapan Ikan KM. Sari Segara 19.............................................. 84
11. Surat Izin Berlayar KM. Sari Segara 19............................................................. 85
12. Daftar Nama ABK KM. Sari Segara 19............................................................ 86
13. General Arrangement KM. Sari Segara 19......................................................... 87
14. Konstruksi Branch line...................................................................................... 88